Tulang Boris |
Pada pagi hari ini, Senin, 22 Juli 2013, hari ke 4 setelah Tulang
Boris-ku (Jan Piter Tambun) pergi
meninggalkan kami saudara-saudaranya dengan meninggalkan banyak pertanyaan.
Kenapa pergi secepat itu? Kenapa tidak memberikan tanda-tanda melalui sakit
penyakit? Kenapa tidak ada pesan yang ditinggalkan? dll.
Hujan tidak ada hentinya turun sejak kami mengantarkan jenasah beliau ke
TPU Pondok Rajeg, Bogor, pada Minggu, kira-kira pukul 2 Siang. Pagi ini gerimis
dan hujan masih tetap turun dengan kuantitas yang berubah-ubah. Seakan-akan
alam juga turut sedih akan kepergian Tulang kesayangan kami ini.
Aku terlalu bodoh tidak mengambil foto-foto untuk mengabadikan momen proses
kepergian beliau mulai dari RS, diadatkan, diantar ke TPU, sampai akhirnya kami
bisa tidur sejenak tadi malam. Memang sih, ada foto-foto dari juru foto dan
video yang bertugas kemarin, tapi itu belumlah menunjukkan bagaimana kejadian
sebenarnya di kediaman Tulang Boris yang beralamatkan, Perum Visar Indah
Pratama Blok V1 No. 21, Cibinong, Bogor. Tulang Boris ini sangat dihormati,
disayangi, dan sangat dibutuhkan oleh semua orang yang pernah berinteraksi
dengan dia.
Siapa sih Jan Piter Tambun?
Dia adalah anak ke-2 dari kakek kami Ompung Tongkat (marga Tambun/ br.
Butar-butar).
Dia mempunyai 1 abang (Tulang Santa/ br. Butar-butar), 3 adik laki-laki (Tulang Crespo/ br. Sitorus, Tulang Putri/ br. Sitorus (Nantulang ini berasal dari Jawa dan sudah diadatkan menjadi orang Batak), Tulang Nada/ br. Siahaan), dan 3 adik (Ibu saya (Limbong/ br. Tambun), Nanguda Angga (Uda Siagian/ br. Tambun), dan Nanguda Ana (Uda Gabe Manik (berasal dai Jawa, marganya belum fix, hehe) / br. Tambun)).
Dia mempunyai 1 abang (Tulang Santa/ br. Butar-butar), 3 adik laki-laki (Tulang Crespo/ br. Sitorus, Tulang Putri/ br. Sitorus (Nantulang ini berasal dari Jawa dan sudah diadatkan menjadi orang Batak), Tulang Nada/ br. Siahaan), dan 3 adik (Ibu saya (Limbong/ br. Tambun), Nanguda Angga (Uda Siagian/ br. Tambun), dan Nanguda Ana (Uda Gabe Manik (berasal dai Jawa, marganya belum fix, hehe) / br. Tambun)).
Tulang with bro n sis (new) |
Tulang with bro n sis (old) |
Tulang with fams |
Ketika Tulang Boris terakhir kali bekerja, dia menjabat sebagai General
Manager PT. Cemani Toka, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang Cat yang
berlokasi di Cibinong dan sudah mempunyai banyak klien di seluruh Indonesia.
Perusahaan ini adalah tempat dimana Tulang Boris bekerja pertama dan terakhir kali
dengan status pekerja tetap. Sebelumnya tulang sempat kerja serabutan selama
mengadu nasib di Jakarta pada awal-awal kedatangannya. Sempat menjadi seorang
Tukang Tambal ban, sempat menjadi Kondektur (kenek), sempat menjadi guru les,
sampai akhirnya mempunya pekerjaan tetap di PT. Cemani Toka. Kerja keras dan
kesetiaannya membuat tulang diangkat menjadi GM awal tahun lalu.
Tulang with partner |
Tulang Boris terdaftar sebagai jemaat HKBP Cibinong, dia termasuk aktif
dan terhitung sebagai pelopor di gereja tersebut. Dia sampai saat ini masih
menjabat sebagai Ketua Koor Ama Haleluya. Dia juga adalah seorang jawara
permainan Catur. Di gereja ini, tulang beberapa kali menyabet penghargaan sebagai
juara catur jika ada event yang diadakan oleh gereja.
Tulang Boris di perkumpulan marga Tambun adalah seorang yang sangat
menonjol. Dia tetap bisa membagi waktunya untuk tetap berpartisipasi sebagai
anggota BPI. Terakhir kali saya tahu, tulang adalah Sekretaris Perkumpulan
Pomparan Tambun Mataniari. Saya kurang tahu untuk perkumpulan Silahisabungan
(perkumpulan marga Tambun dan saudara-saudaranya, seperti marga Silalahi,
Sinurat, dll), yang saya dengar, dia juga mempunyai kedudukan yang penting.
Tulang with punguan Tambun |
Tulang with punguan Tambun |
Tulang Boris di tengah-tengah dongan sahuta (artinya, teman sekampung
atau mungkin lebih enak disebut warga sekomplek) juga mempunyai kedudukan yang
penting. Dia adalah ketua dongan sahuta se-Visar (yang bermarga Batak tentunya).
Lebih sempit lagi, ditengah-tengah keluarga besar kami, punguan Tambun
Patubosi, Tulang Boris adalah orang yang biasanya mengatur dan mempersiapkan
jalannya acara atau sebuah kegiatan punguan kami.
Disekitar adik-adiknya, keberadaan Tulang Boris tidak perlu dipertanyakan
lagi. Tulang membantu secara materi dan secara moral kepada adik-adinya untuk
membangun usaha mereka masing.
Tulang with Mom n Dad |
Luar Biasa!!
Hanya itu kata yang pantas untuk mengapresiasi setiap laku Tulang Boris
selama ada di dunia.
Lalu datanglah hari Jumat, 21 Juli
2013
Pada malam itu, aku sedang asyik bermain game, menunggu jam untuk bermain
futsal bersama teman. Tanpa tau bahwa malam ini adalah salah satu malam paling
mengerikan sepanjang hidup saya. Pada pukul 9 lewat, tetangga saya, nantulang
Manalu, mengetuk pintu rumah dan memberi kabar yang bikin penasaran dan
gelisah. Nantulang itu tidak memberitahukan apa yang terjadi, karena dia juga
mungkin masih belum yakin akan apa yang sebenarnya didengarnya. Dengan hanya
memakai kaus dalam dan celana jeans, saya berlari kecil untuk mengunjungi rumah
yang cuma berbeda 1 blok dari rumah kami itu. Sesampainya disana, hati saya
langsung panas dan otak saya tiba2 kosong. Saya tidak ingin tahu apa yang
terjadi. Lalu dengan memberanikan diri saya bertanya kepada Bosman apa yang
terjadi. Bosman mengatakan : “Bapak sudah lewat”. Kepala saya tiba-tiba seperti
tertembak, badan saya terasa sangat berat, dan kaki saya seperti tidak punya
tenaga untuk bisa menahan berat 70 kg ini. Saya bengong. Dan bertanya-tanya
pada diri sendiri “ini mimpi kan??” setelah beberapa lama, saya lalu tersadar
jika saya terus begitu maka perilaku itu akan membuat sedih adek-adek yang lain. Saya
pun menanyakan lagi : “gimana sih bos? Benar-benar ga bisa diapa-apain lagi?”.
Bosman menjawab : (dengan mulut bergetar) “ga bang. Barusan aku ditelpon mama.
Udah ga bisa lagi”. Pandangan saya kosong dan berputar-putar ingin melakukan
sesuatu, tapi tidak tahu mau melakukan apa. Sempat terduduk, lalu berdiri lagi.
Tak berapa lama kemudian, saya dan Boris disuruh membawa jas dan baju Tulang
Boris ke Rumah Sakit Sentra Medika. Dengan berlinang air mata saya membonceng
Boris dengan motor butut saya. Rasa dingin yang menusuk kulit seperti membantu
saya untuk bisa merasakan sakitnya hati saya membayangkan, bahwa 2 minggu lalu,
kami masih tertawa bersama di lantai sambil bermain kartu Remi.
Sesampainya di RS, saya melihat Nantulang berteriak-teriak, saya semakin
menyadari bahwa ini semua adalah kenyataan, bahwa Tulang Boris harus pergi
meninggalkan kami di umur yang ke-54.
Lalu waktu berjalan dengan sangat cepat. Saya melihat proses memandikan
jenazah, pengiriman jenazah ke rumah Tulang Boris dari Rumah Duka, proses acara
pemberkatan Tulang ke alam yang berbeda secara adat dan secara Gereja, sampai
proses penguburan.
Ketika saya tidur di hari ke-2 setelah kepergiannya, saya terbangun dari
tidur dan merasa kalau semua ini adalah
mimpi. Tapi kenyataan membuat saya sadar bahwa kejadian yang mengerikan ini
memang benar-benar kenyataan.
Sekarang bagaimana nasib kami Tulang?? Mungkin setiap kelebihan Tulang
Boris selama ini membuat kami terlena dan kadang terbuai, betapa enaknya hidup
kami ini dengan adanya engkau
ditengah-tengah keluarga kami. Membuat kami tidak terpacu untuk
melebihi, bahkan untuk sekedar menyamai apa yang sudah engkau lakukan.
Tuhan sedang mengajari keluarga kami, bagaimana keluarga kami ini tidak boleh
ketergantungan lagi dengan Tulang kesayangan kami ini, dan belajar untuk
berdiri dengan kaki kami sendiri.
Untuk Boris, Bosman, Bintang, kalian adalah bibit asli dari Tulang, kalian
adalah generasi terdekat untuk bisa segera menggantikan posisi bapak. Kalian
mempunyai pikiran brilian yang saya pribadi
mengakui itu. Kalian harus memanfaatkannya. Kalian pernah bilang kalau
kalian itu adalah Tambun bersaudara yang diajar oleh bapak untuk saling bersaing menjadi yang terbaik.
Mudah-mudahan aku sebagai lae kalian adalah saksi akan kesuksesan kalian nanti.
Jadi sudah harus belajar menjadi dewasa. Bukan saatnya lagi maen-maen. Apalagi
untuk sekedar nongkrong dengan teman-teman. Buang jauh-jauh pikiran itu.
Mungkin terdengar kaku, tapi memang sudah harus seperti itu.
Untuk Joel dan Joey, kalian harus tetap berprestasi di sekolah dan
membuat bangga Nantulang yang masih bisa bersama dengan kalian. Menggantikan
bapak untuk melanjutkan tradisi sebagai orang yang sukses dimanapun kalian
berada. Diawali dari sekolah.
Sampai saat ini pukul 11.54 siang, hujan belum berhenti menyirami
tempatku berpijak, sepertinya alam sedang mengapresiasikan kesedihan kami akan
kepergianmu, Tulang.
Seperti kata banyak orang yang mengasihimu, ketika engkau hadir di dunia
ini, engkau tidak berhenti untuk membantu kesusahan kami, dan ketika engkau
pergi dari dunia ini, engkau tidak menyusahkan kami.
Banyaknya mobil yang mengiringi kepergianmu menandakan banyaknya yang
terkesan akan tingkah lakumu selama ada di dunia ini.
Selamat jalan Tulang.
Mungkin sorga lebih membutuhkan orang baik
sepertimu.
No comments:
Post a Comment