Wednesday, March 20, 2013

Dunia Arsitektur-ku

from http://www.cadalyst.com
Ketika saya kecil, dunia desain/Arsitek adalah hal yang sangat asing bagi saya. Perhatian saya terhadap desain itu bisa kita apresiasi dengan nilai 0 bahkan terkadang (-) minus. Hal-hal yang membuat saya tertarik jauh dari dunia Arsitektur. Saya lebih suka melihat ikan, mengumpulkan barang bekas supaya bisa dipergunakan kembali, main sesuka hati, kelayapan, main bola, dan hal mistis lainnya. Tidak ada nilai  arsitek-arsiteknya sama sekali. Kalau bicara bakat, hal ini pun tidak lebih baik, jauh dari harapan. Pernah waktu kecil saya mencoba untuk menggambar mobil secara perspektif, yang terjadi adalah body mobil terlihat perspektif tapi ban dan sekitarnya lagi terlihat 2 dimensi -__-“. Saya dulu hanya ahli membuat huruf berbayang. Itu pun harus ditulis di buku matematika yang setiap lembarannya kotak-kotak. Buku itu memang sangat membantu untuk membuat huruf berbayang, karena terbantu oleh kotak-kotak yang ada. Saya masih ingat ketika kelas 6 SD, hampir setengah kelas meminta saya untuk mengajari cara membuat huruf berbayang. Tapi hal di atas bukanlah sebuah kebanggaan yang bisa dipamerkan dan dijadikan modal untuk menjalani dunia Arsitektur kan yah?
Sampai kelas 3 SMA saya masih berpikir kalau dunia saya nantinya adalah dunia penelitian, dunia dimana saya bisa menciptakan sesuatu yang baru, tapi belum tahu apa yang ingin saya teliti. Yah mirip-mirip professor ling-lung di komik Donal Bebek lah. Hingga akhirnya saya memilih bidang Kimia, yaitu Farmasi. Saya cukup menyukai pelajaran Kimia, karena itu adalah pelajaran yang sebenarnya ada di kehidupan kita sehari-hari namun kita kurang menyadari kehadirannya. Contohnya H2O yang ternyata air, O2 yang ternyata udara, dan hal lainnya. Saya merasa kimia mampu mengarahkan saya ke dunia dimana saya nantinya bisa berkarya. Pelajaran lainnya yang saya sukai adalah Matematika. Sampai kelas 1 SMP saya termasuk murid yang tidak terlalu menyukai matematika, karena rumit, pusing melihat angka. Tapi memasuki kelas 2 SMP saya menemukan bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sangat menarik ternyata, dari yang saya tidak terlalu suka, berubah menjadi pelajaran favorit. Bahkan pelajaran andalan ketika ditanya guru : siapa yang bisa menjawab ini? saya dengan bangga angkat tangan. Matematika menawarkan ilmu yang mempunyai banyak korelasi, banyak keterkaitan. Filosofinya seperti ini : Cara membongkar rumus A adalah dengan mamasukkan rumus B melalui rumus C yang secara tersirat informasinya ternyata tertulis di rumus A. Ya kira2 hal seperti itulah. Terakhir saya suka pelaran Geografi, belajar cara melihat bumi, menyadari bahwa bumi itu bulat, belajar mengingat nama ibukota Negara dunia dan mengetahui tempat tertinggi atau tempat terdalam di dunia sudah seperti air minum yang sangat segar untuk saya minum pada saat itu.
Hingga tibalah saat dimana saya harus memilih kemana kaki ini harus berpijak. SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) akan diadakan dan saya akan berpisah dengan masa 9 tahun wajib belajar. Saya akhirnya memilih jurusan Farmasi UI dan UNPAD, pilihan yang ceroboh dan terlalu percaya diri saudara-saudara. Bukannya apa-apa, kedua jurusan itu merupakan jurusan favorit di kedua kampus itu, katanya sih jurusan itu merupakan pilihan kedua anak Kedokteran. Dapat dibayangkan siapa saja saingan saya bukan? Seperti dapat diprediksikan, saya gagal total di SPMB tahun 2005. Saya pun ditanyakan oleh orangtua saya, mau lanjut pendidikan dimana? (karena orangtua saya yang notabene orang batak, menginginkan anak-anaknya minimal bisa menjadi Sarjana) saya pun bingung, karena saya juga tidak menyiapkan rencana cadangan yang matang apabila SPMB tidak masuk, saya tidak mendaftar kemana-mana waktu itu diluar Universitas yang menawarkan diri ke sekolahan saya, SMA 92 Jakarta, salah satunya Universitas Gunadarma.
Pada akhirnya Universitas Gunadarma mengirim surat untuk ikut program beasiswa. Saya baru ingat pada waktu mengisi jurusan sewaktu di tes oleh Gundarma, saya mengisi jurusan Arsitektur. Kenapa saya memilih Arsitektur? Karena pada waktu itu Teknik Sipil (yang menjadi prioritas saya waktu itu, karena saya pikir akan banyak menghitung) masih terakreditasi B sedangkan Teknik Arsitektur-nya sudah berakreditasi A. Setelah melalui banyak pertimbangan, salahsatunya biaya kuliah yang tidak mahal, dan saya harus berpacu dengan waktu yang semakin dekat memasuki ajaran baru tahun perkuliahan tahun 2005/2006 yang akan segera dimulai, saya pun memilih kuliah di kampus ini.
Melihat perjalanan saya untuk belajar melalui perkuliahan sebelum memasuki dunia Arsitektur memang terlihat seperti “sisa”. Namun saya percaya itu semua sudah diatur sama yang Di Atas. Saya juga yakin, saya tidak akan lebih menikmati dunia Farmasi daripada dunia Arsitektur, karena apa yang saya alami waktu sekarang adalah hal yang sangat saya syukuri. 
"Karena menyesal membuat kita lupa bersyukur"
Setelah 5 tahun kuliah, saya sempat bekerja di Konsultan Arsitektur, Designscape. Perjalanan karir saya tidak terlalu baik disana, saya hanya 4 bulan berada disana, namun saya mendapatkan cukp banyak ilmu disana. Dan sekarang bekerja di Distributor Lampu, Lelco Trindo Graha Nusantara, di tempat ini saya belajar mengenai Penerangan Gedung. Sebatas penerangan saja. saya meninggalkan dunia Arsitektur yang seharusnya masih saya tekuni dengan giat, mengingat saya masih sangat mentah sebagai fresh Graduated, tapi saya tetap mensyukurinya karena sayamendapatkan pengalaman baru. Walaupun judulnya “distributor lampu” namun staff yang bekerja di Research and Development (Divisi Desain) ini rata-rata adalah anak Arsitek semua. Jadi saya juga mendapatkan ilmu Arsitektur walaupun cuma sedikit. Sekarang saya jadi punya hobby baru jika jalan-jalan ke luar. Apa itu? Ya melihat penerangan gedung. Sekarang melihat penerangan Interior dan eksterior menjadi hal yang manarik untuk dikomentari. Apalagi jika sedang berjalan-jalan di Mall, yang umumnya memang menggunakan penerangan yang “wah” supaya menjadi menarik di mata konsumen, Lighting menjadi sangat menarik dimata saya.
Saya bekerja cukup nyaman bekerja di sana, sekarang saya sudah bekerja 1,5 tahun. Namun melihat lebih dalam ke diri saya sendiri, saya merasa haus untuk lebih mengerti tentang dunia Arsitektur dan ilmu yang saya dapatkan di Lelco, tidak terlalu banyak. Saya pun mulai merasa jenuh dan berpikir untuk menata kembali karir saya. Kenapa? Karena saya memang seharusnya mengisi kepala dan ide saya dengan hal-hal inovatif dengan berlatih di tempat yang seharusnya, yaitu : dunia Arsitektur.
Berat pastinya untuk masuk ke dunia Arsitektur lagi. Tapi saat ini, 20 maret 2013, saya mulai membayangkan masa depan yang sempat kabur menjadi pasti kembali, yaitu kembali merancang sesuatu, berkarya di tempat yang seharusnya saya berada. Menyingkirkan pesimisme “apakah saya mampu menjadi Arsitek yang baik” yang sering saya rasakan. dan memanfaatkan masa muda saya sebaik mungkin. Mudah-mudahan jalan kembali ke dunia Arsitektur itu memang takdir yang sudah ditetapkan oleh Dia, Sang Khalik.

"Banyak hal yang terjadi dalam hidup saya, hal-hal yang terjadi secara kebetulan, tak direncanakan, tapi pada akhirnya terjadi tanpa bisa saya bayangkan tapi saya bisa tetap hidup dan malah menikmatinya. Rencana kita di masa lampau memang tidak selalu menjadi kenyataan, tetapi kenyataan saat ini bisa membuat kita berpikir kembali dan menata masa depan yang lebih baik dengan keadaan kita saat ini"


Friday, March 8, 2013

Demi Selembar Ijazah

(dari : kamimahasiswa.blogspot.com)
Pagi semua, pengen rasanya membuat tulisan yang ada di kepala ini, banyaak sekali, tapi berhubung “no modem” atau internet connection yang mendukung sebagai alat untuk mendukung pencarian data, maka kali ini saya mengangkat cerita tentang pengalaman kuliah saya terutama tentang TA saya dulu. Jadi cukup dengan mengandalkan memori lama yang ada dan mecoba menuangkannya dalam bentuk tulisan secara actual, tepat, terpercaya, cermat dan cerdas (seperti slogan tivi).


Jadi kalau anda melihat IP saya yang cuma 2,93 + lulusnya membutuhkan waktu sampai 5 tahun, anda mungkin menyangka kalau saya malas-malasan kuliah kan? Ga serius kuliah kan (nada mulai meninggi)? Sering begadang karena maen PS kan (nada sudah maksimal)? Huh. Yah itu benar saudara.
Tapi dibalik kemalasan saya ketika kuliah, anda mungkin tidak menyangka perjuangan saya untuk sekedar mendapatkan ijazah yang fungsinya (dikenyataan) hanya sebagai syarat masuk kerja ini. Saya kuliah di Universitas Gunadarma (kata orang-orang ini kampus se-Asia Tenggara, karena “katanya” kampus Gunadarma ini mempunyai mahasiswa terbanyak se-Asia Tenggara). Saya mengambil jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Berbeda dengan jurusan mayoritas seperti Komputer atau Ekonomi, jumlah mahasiswa Teknik Arsitektur ini tidak banyak, bisa kita bilang minoritas. Jumlah mahasiswanya paling banyak cuma 60-an orang (kalau saat ini saya kurang tahu, dengar-dengar sudah nembus 100-an orang), bandingkan dengan jumlah anak jurusan Komputer yang jumlahnya sampai 500an orang.
Belajar di kuliah Teknik Arsitektur tidak gampang, begadang hampir tiap minggu, padahal kan kata bang Rhoma “begadang jangan begadang”. Tugas-tugas diluar tugas gambarpun cukup mengganggu, misalnya kami tetap harus belajar bahasa pemrograman seperti Visual Basic. Come on men, apa hubungannya coba Arsitek sama bahasa pemrograman. Ini salah satu hal yang paling bull-sh*t yang saya pernah temui di kampus ini. Udah gitu nguli Arsitek mesti punya modal juga. Modal pulpen R*tring, Pensil mekanik, kertas gambar, dan peralatan lain yang tidak murah harganya. Saya sendiri sering minjam atau bahkan memakai alat seadanya. Dulu saja ketika saya beli 1 paket pulpen R*tring bekas saya mesti hunting-hunting sampai ke daerah Jatinegara. 
saya dan si maket
Jadi kesimpulannya walaupun kita kuliah di kampus, yang jumlah mahasisnya terbanyak seantero Asia Tenggara, tapi kalau jurusannya Teknik Aristektur, ada kebanggan tersendiri ketika kita kuliah, apalagi ketika lulus nantinya. Beghhh.
Sepertinya tulisan ini ga bakal cukup untuk menggambarkan pengalaman saya ketika nguliah (kita sebut saja nguli, soalnya kami, para anak Arsitek, memang diwajibkan seperti kuli dalam menyelesaiakn tugas). Ada sedikit cerita tentang kuliah komputer yang sempat saya bahas diatas. Kuliah ini mempunya aturan baku yang berlaku disemua kuliah yang berhubungan dengan prakter Komputer, yaitu laporan awal dan laporan akhir. Hal yang unik adalah setiap laporan awal itu harus diketik dengan menggunakan mesin ketik manual! Mesin ketik manual men, mesin yang udah ada ketika jamannya Soekarno lagi nyusun naskah kemerdekaan Indonesia! Mesin yang kalau salah ketik,mesti ditipek, kalau engga ya mesti ganti kertas. Mungkin maksud baik dari kampus ini adalah, agar para mahasiswa belajar menggunakan mesin ketik yang lama agar terbiasa dengan keyboard di komputer. Mungkin.
Nah disinilah timbul ide kreatif saya, karena saya sudah kehabisan akal untuk mendapatkan uang tambahan dengan cara lain. Jadi ceritanya saya di rumah masih punya mesin ketik, masih bagus, masih sering dipakai mama saya untuk bikin tulisan (padahal sudah ada komputer di rumah). Nah, jadilah saya ini seorang mediator berbayar. Bayarannya ga besar, tapi cukuplah buat makan enak 2x. Jadi saya bertugas mencari kunci jawaban di Gramedia atau internet dan mengetik laporan awal anak-anak Arsitek yang malas ngerjain atau udah ga punya waktu untuk ngerjain laporan (seakan-akan saya punya banyak waktu aja -__-“). Sampai-sampai saya menjadi ahli sekali dalam mengetik. Tidur jam 12 pun akhirnya di jabanin, karena harus mengerjakan tugas lain. Biasanya sih tidur jam 2 pagi.
Setelah melewati berbagai macam mata kuliah semenjak semester 1-7 tibalah waktunya untuk memasuki semester 8, yang artinya harus memikirkan hal besar yang bernama Tugas Akhir. Caelah. Denger kata Tugas Akhir (TA) aja kaya denger Dave Koz mau kunjungan ke Kelurahan saya. TA buat anak Arsitek itu mempunyai arti yang bermacam-macam, beberapa diantaranya :
  1. Ada yang senang karena sebentar lagi akan selesai selesai kuliah dan akan memasuki dunia pekerjaan (nyari duit coy)
  2. Ada yang deg-deg ser, karena masih mikirin, “nilai gue cukup ga yah buat TA?”
  3. Ada yang sedih, artinya sebentar lagi akan berpisah dengan sahabat-sahabatnya
  4. Ada yang sudah wanti-wanti untuk mengemis uang lebih ke orangtua, karena biaya TA itu normalnya bisa mencapai 3jt-an, itu kalau maketnya mau dibikinin orang lain. Kalau mau ngerjain sendiri ya paling murah 1jt-an, seperti saya.
  5. Ada yang mulai bikin-bikin strategi minta bantuan orang lain selama pengerjaan TA (ya semacam MoU-nya lah, perjanjian gitu, fee-nya berapa :p )
Nah saya, pahitnya, adalah golongan orang yang merasakan semua hal di atas. Saya pengen nyari duit juga, tapi nilai belum mencukupi untuk ikut TA, saya sedih juga ga bisa tanding PS ama anak-anak lagi dan duit juga menjadi masalah, maklum saya berasal dari keluarga sederhana. Nah paling poin nomor 5 saja sebagai pengecualian, saya ga pernah mikirin mau dibantu sama siapa.
anak-anak 2005
Akhirnya guys, karena nilai belum mencukupi dan salah satu nilai Studio Perancangan saya ada yang belum lulus, saya lanjut kuliah semester 8 dan 9 untuk memperbaiki nilai terlebih dahulu. Yang bikin saya senang adalah ternyata geng-an saya juga nilainya pada bermasalah, akhirnya dengan suka hati kami menjalani semester 8 dan 9. Saling menguatkan (sedang teman-teman yang lain sudah pada kerja T_T)
Ada beberapa hal yang menjadi persyaratan untuk ikut TA dikuliah Teknik Arsitektur pada jaman saya kuliah :
  1. Lulus semua Kuliah Studio Perancangan Arsitektur dan Struktur Konstruksi (tidak boleh D) mata kuliah wajib nih.
  2. Lulus Penulisan Ilmiah, ini biasanya disemester 6, level kesulitannya mirip ketika mencari data buat TA. Karena harus sesuai dengan peraturan, buku, dll
  3. Minimal mengikuti 2 Kursus. Ada beberapa pilihan, seperti : Fotografi, GIS, ArchiCad, dll
  4. IP mata kuliah local minimal 2,75 (tidak boleh ada 2 nilai D ). IP mata kuliah Utama minimal 3 (tidak boleh ada nilai D dan E)
  5. Bebas perpustkaan. Walaupun perpustakaan tidak pernah dikunjungi.
  6. Dan beberapa persyaratan lagi.
Setahun kemudian, setelah saya memenuhi semua persyaratan di atas, akhirnya saya bersama anak-anak 2005 yang lain memutuskan untuk ikut TA bersama anak-anak Arsitek angkatan 2006, agak gimanaa gitu. 
Prosesnya pengerjaan TA itu sendiri antara lain :
Pemilihan judul
Dari awal kami memulai dengan mencari judul yang tepat untuk TA kami, judul yang membuat kami nanti tidak terjebak dengan banyak masalah. Pentingnya membuat judul adalah juga masalah effort kita nanti untuk mengerjakannya secara continue. Kan lebih lancar lagi kalau kita memilih judul sesuai dengan cita-cita yang selama ini sangat ingin kita bangun. Contohnya membangun stadion, buat tema-teman yang hobby bola atau membangun Mesjid/Gereja sebagai lambang persembahan buat Tuhan melalui TA.
Survey lokasi
Survey yang bertempat di Pandeglang, Banten tidak lepas dari andil salah seorang rekan kami yang kebetulan mempunyai rumah di sana. Lalu terjadilah hal yang kurang wajar terjadi pada saat sidang-sidang awal TA, dosennya heran kenapa banyak sekali anak-anak TA yang mengambil Lokasi di Pandeglang. Dengan berdalih “Pandeglang akan menjadi kota wisata yang akan banyak dikunjungi oleh turis lokal maupun luar”, kami semua akhirnya secara ajaib lolos.
Membuat latar belakang dan mencari data-data
Ini adalah bagian dimana kami lebih banyak mengetik dan mencari data untuk menunjang pembangunan proyek Maya berjudul TA ini. Modem dan buku adalah senjata alami yang perlu dimiliki, agar mempertebal Skripsi saudara-saudara sekalian.
Proses Desain
Pada tahap ini, mulai timbul kejenuhan dan kebosanan. Kita ini dituntut untuk membuat desain yang belum pernah dibuat, desain yang layak dibangun, desain yang bisa dipertanggung-jawabkan dari segi kemasyarakatan, dan lainnya.
Pada periode ini, AutoCad dan Aplikasi 3d mulai sering dipakai sebagai bahan untuk presentasi. Dan selama proses desain ini, saya tidak modal apa-apa loh, minjem semua. Laptop minjem, komputer juga minjem, modem minjem, untungnya celana dalam ga minjem.
Sidang
Hampir semua proses di atas juga menggunakan sidang sebagai alat untuk menguji kelayakan TA yang bersangkutan. Di sidang kita dipertemuakn dengan dosen yang bukan dosen pembimbing kita, istilahnya adalah “pembantaian”. Setelah sidang biasanya muka peserta langsung kusut kaya karung goni, karena apa? Ya, karena Revisi. Banyaknya kertas revisi terkadang kalah sama banyaknya lembar presentasi kita.
Ada banyak sekali sidang, namun sidang yang penting adalah Sidang akhir, sidang kelayakan, dan sidang di Kenari.
Pengerjaan Desain akhir
Pada bagian ini, uang memegang peranan penting. Terutama dalam pembuatan maket, karena proses pembuatan maket ini membutuhkan waktu yang agak lama, dan membutuhkan tenaga “professional” yang mumpuni (udah professional, mumpuni lagi), yang tak lain dan tak bukan adalah sesama rekan mahasiswa juga, terkadang teman yang belum nyusun TA, adik kelas, kaka kelas, pacar, dan semua pihak lain yang bisa “diperah”. Untungnya saya cukup tangguh untuk mengerjakan TA saya dengan lebih banyak mengerjakannya sendirian (bukannya apa-apa teman-teman saya kebanyakn tinggal di Priok saat itu T_T).
Jika orang-orang mulai memutuskan untuk membuat maketnya dengan cara memesan untuk menghemat waktu agar bisa fokus bikin gambar. Beda cerita dengan saya, berhubung dana paspas-an saya memutuskan untuk membuat maket sendiri plus ngerjain gambar. Dan anda tahu saudara-saudara, pernah suatu malam saya mengerjakan maket sambil tidur, oke ga tuh?
maket monochrome
Akhirnya setelah malam-malam berat berlalu, maket, gambar, penulisan TA dan kroco-kroconya sudah selesai dibuat, saya pun melenggang ke sidang akhir. Hingga akhirnya lulus. Sebenarnya finishing saya di Tugas akhir ini kurang bagus, seadanya. Tapi mungkin mungkin dosennya berbaik hati dan menghargai usaha saya yang mengerjakan semuanya sendirian. Bayangkan para dosen melihat maket-maket bagus berserakan, tiba-tiba melihat maket saya yang polos tak berdosa dan tanpa warna (saya akhirny memilih monochrome sebagai andalan), mungkin hati mereka terenyuh sambil ketawa, akhirnya saya diluluskan dengan nilai B. yah not bad lah. Saya cukup puas.
Hingga pada akhirnya saya memegang ijazah saya sekarang, saya masih hafal dengan semua kejadian yang mengiringi proses keluarnya saya dari Jurusan Teknik Aristektur (kebanggaan), Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (masih bangga), kampus Gunadarma (lunglai).
Akhir kata, semuanya jangan terlalu dianggap serius, ambil saja manfaatnya (kalau ada) namanya juga isi hati dan isi pikiran :)

Salam perjuangan!