Friday, November 8, 2013

Kenapa Penghargaan terhadap Tukang Sampah Harus Diprioritaskan

        Udah lama ga nulis. Selama beberapa waktu ini merasakan banyak sekali hal yang lahir di kepala untuk dituangkan ke sebuah wadah. Problema pekerjaan, gaya hidup yang masih tidak baik, sifat konsumerisme yang berlebihan, percintaan yang mencapai titik suram, dan lainnya. Tapi, ini selalu terulang dan terulang, entah kenapa ketika akan mengetik atau menulis, tiba-tiba semua buyar. Bak abis melihat Hesti Purwawinata sejam lebih, tiba-tiba melihat andika Kangen Band tak lama kemudian.
       Entah kemana larinya pikiran-pikiran yang penuh dengan hal untuk dituangkan tadi.
Barusan melihat blognya si radit, yang followernya sekarang mencapai 6jt orang di Twitter. Emrasing. Saya jadi tertarik untuk melihat kisah sehari-harinya si radit di  web-nya dia. Dan melihat awal mula kisah kebodohan yang dia tularkan kepada Bangsa Indonesia. Ternyata memang kisahnya dia itu menarik dan dia bisa membuat hal yang tadinya sangat biasa, tapi bisa jadi lucu jika dituliskan dengan baik.
       Setiap kisah memang tidak harus “sangat luar biasa” baru bisa dikisahkan lewat blog, tulisan, buku, atau film. Itu semua kembali kepada si-pengisah. Jika dia mensyukuri setiap kisah yang dirasakannya (tentunya dengan bakat menulis juga) seharusnya, bisa menjadi hal yang menarik, paling tidak menurut si-pengisah tersebut.

Okelah mari meluncur ke topik...
Beberapa hari ini, sering berpikir tentang profesi tukang sampah. Kita semua pasti menyadari jika menjadi tukang sampah bukanlah hal yang mudah. (entah kenapa menuliskan “tukang sampah” terasa ga enak, pengen menggantinya dengan sebutan profesi yang lain, tapi ga tau apa yang cocok).
Banyak hal yang kurang baik yang kita rasakan jika kita mencoba memposisikan diri kita sendiri sebagai tukang sampah. Ada beberapa hal perlu saya bagikan untuk menambah simpati kita terhadap tukang sampah : 
  1. Secara kesehatan, tukang sampah itu berjuang melawan penyakit ketika mereka sedang bertugas. Bayangkan tumpukan sampah yang harus mereka pegang, panggul atau angkat setiap harinya. Padahal sampah yang kita buang setiap hari mungkin sudah membusuk atau mungkin sudah menjadi belatung (membayangkannya aja saya merinding). Tapi mereka setiap hari harus bersentuhan dengan hal-hal itu. Di luar negeri sedikit ada pengecualian. Jika saya memperhatikan tukang sampah di luar sana (seringnya melalui film), mereka biasanya berpakaian yang lengkap, dan sepertinya cukup bersih. Sungguh berbanding terbalik dengan tukang sampah lokal yang ada di Indonesia. Entah memang Dinas Kebersihan-nya yang tidak peduli akan kebersihan pegawainya atau memang kepribadian tukang sampah-nya yang tidak bersih. Kalau menurut saya pribadi sih, ini lebih kepada fasilitas minim yang disediakan oleh pemerintahnya. 
  2. Secara sosial, anak-anak tukang sampah ini juga menanggung derita penghinaan di kalangan teman-temannya. Kemungkinan mereka menjadi bahan ledekan di Sekolah pasti sangat besar. Karena ini adalah mental anak-anak manusia saat ini yang selalu membuat strata dimanapun mereka berada, kebanyakan. 
  3. Secara fasilitas pekerjaan, saya melihat juga tukang sampah kurang didukung. Saya masih sering melihat tukang sampah yang masih menggunakan sepeda, bahkan menggunakan tenaga sendiri untuk mendorong gerobak sampahnya. Ga jamannya lagi lah seperti itu, sudah seharusnya mereka difasilitasi oleh kendaraan bermotor. Setidaknya untuk mengurangi beban otot yang banyak terpakai ketika mengangkat sampah ke gerobaknya,
Apa penghargaan yang seharusnya kita berikan kepada mereka?
  1. Pemerintah sudah seharusnya memperhatikan kesehatan mereka, karena sudah pasti mereka rentan akan penyakit.
  2. Saya kurang tahu berapa gaji tukang sampah sekarang, tapi yang saya dengar-dengar sekitar 500rb-1 jt/bulan. Mengingat status mereka yang berada di bawah Dinas Kebersihan, berarti mereka juga terhitung PNS bukan? Sudah seharusnya mereka jg mendapatkan gaji paling tidak setara dengan UMR, mengingat kegiatan yang mereka lakukan.
    Kenapa cuma Guru dan PNS-PNS lainnya yang menikmati semua tunjangan-tunjangan pemerintah? 
  3. Kita, sebagai masyarakat yang dilayani oleh para tukang sampah setiap minggunya, mulailah untuk tertib dalam mengemas sampah yang akan anda buang. Mengikat dengan rapi sampahnya, agar jangan berceceran ketika mereka mulai mengangkutnya ke truk atau gerobak sampah. 
  4. Jika bisa sampah-sampah organik, anda jadikan pupuk, ketimbang dibuang ke tempat sampah, yang membuat sisa sampah tadi berubah menjadi belatung.
    Seperti saya pribadi sekarang, cukup merasa membantu para tukang sampah dengan memelihara Si Bron. Kenapa?  Karena saya tidak pernah lagi membuang sisa makanan saya, saya sekarang memberikannya kepada Si Bron (terkecuali duri ikan sih, karena si Bron anti makan duri ikan). Cukup efektif kan dalam mengurangi tumpukan sampah organik saya selama ini? J
Seorang teman saya pernah berkata, sesungguhnya “menjadi lebih baik itu” adalah menyadari kesalahan diri sendiri dan mau memperbaikinya, ketimbang selalu menerima nasehat dari orang lain dan menonton Mario Tegur.

Tuesday, October 8, 2013

Daftar Situs-situs Keren

Vyonyx.com - Gallery Bangunan
Trends Archiexpo
GMP Architekten
Iwarchitects.com
Coroflot - Tempat sharing Portofolio 


Situs (tentang) Banjir :
Monitoring Banjir Jakarta 


Situs Berita / Politik :
Situs (tentang) Berita Sepakbola:

Situs Download MP3/Film:

Situs Forum :


Situs (tentang) Gadget : 

Situs (tentang) Jalan-jalan :
Situs Pecinta Jalan2
Jalan-jalan Yuk 
Wego

Situs Komik/ Manga :
Gmazdaz.blogspot.com
Stoptazmo.com

Situs Lukisan :

Situs Musik/ Alat Musik :
Serial Number Saxophone Alto King
Jazz Goes To Campus
Pleer.com - DL single mp3
 
Situs Pencari Kerja : 


Situs Software :
Situs Software Arsitek :

Situs Streaming/ Video Sepakbola :

Friday, September 20, 2013

Bermil-mil jauhnya..

Sebenarnya sih, karena kita orang Indonesia, seharusnya kita memakai satuan “kilo” bukan “mil” untuk menyatakan jarak. Jadi judulnya “berkilo-kilo Jauhnya”, tapi sepertinya terdengar aneh yah. Jadi biar agak keren, kita pake istilah orang luar aja, mil, hehe. Tanpa saya sadari ternyata selama ini, saya menempuh perjalanan yang lumayan jauh, kalau dibuat semacam peta untuk menggambarkan perjalanan saya biasanya bersama si motor butut ini sepertinya cukup seru untuk dituliskan.
Daerah yang saya jalani biasanya memang hanya seputar Cibinong, Depok, Setiabudi, dan Cempaka Putih saja. Namun jika diakumulasikan jarak tempuhnya, rasa-rasanya saya sudah bisa mengelilingi Jakarta sebanyak 3 putaran.
Ini semua berawal dari keputusan saya ambil untuk menetap di Cibinong dan juga bekerja di Gunung Putri, Bogor semenjak bulan April yang lalu. Alasan saya sih untuk perbaikan karir (perbaikan karir kok malah keluar Jakarta, hehe) dan juga mendekatkan diri dengan teman-teman sejawat yang berprofesi sebagai Arsitek.  Ceritanya, nanti bekerja sama dengan mereka bisa lah buat nambah uang jajan, tapi apa daya, sungguh banyak hal luar biasa yang terjadi selama saya berada di Cibinong, mulai dari kematian Tulang (paman) saya yang rumahnya cuma beberapa blok dari rumah saya; tempat pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu dekat dari rumah (namun gara-gara jalanan jelek, jadi terasa jauh); dan perginya teman-teman saya yang tadi saya sebutkan ke Malang (yang terhitung dari sebelum lebaran kemaren menetap disana dan tidak tau pulangnya kapan).
Terasa miris memang. Namun semua hal harus disyukuri, ingat : SEMUANYA. Keberadaan saya ditengah-tengah keluarga Nantulang yang ditinggalkan oleh Tulang beberapa waktu lalu, pekerjaan yang diberikan oleh kantor, komputer baru yang boleh disediakan oleh pihak kantor, proyek kecil-kecilan yang hasilnya “benar-benar kecil”, dan semuanya.
Pada akhirnya saya harus menjalani semua ini dengan sedikit persaaan yang tidak bahagia dan penu hdengan pertanyaan akan menjadi apa saya di hari depan. Namun saya harus tetap menjalaninya dengan sukacita dan mempersiapkan ulang langkah-langkah ke depan, karena langkah saya sebelumnya yang kurang perencanaan matang, dan juga Kehendak Tuhan yang berkata lain, tentunya.
Jangan sampai perjalanan saya yang bermil-mil jauhnya selama ini jadi sia-sia hanya karena visi yang tidak matang dan tidak terarah, menjadi lenyap bersama keputus-asaan saya selama 6 bulan ini.
GA BOLEH!

.... (udahan ya curhatnya)
Secara kartografi (ilmu yang mempelajari tentang peta) saya memiliki rute yang sedikit berputar-putar dalam mencapai sebuah tempat, ini diakibatkan oleh posisi sungai Ciliwung yang memisahkan Bogor-Cibinong-Depok-Jakarta ini. Keterbatasan jembatan lah yang membuat daerah-daerah di atas seperti terbelah menjadi 2, yaitu : Timur-Barat. Saya pernah suatu saat menjemput rekan saya di Stasiun Kereta Api Cilebut, saya berangkat dari arah Cibinong, karena keterbatasan Jembatan yang saya bilang di atas, saya akhirnya harus memutar jauh ke bawah, lewat Jalan Baru Parung (seharusnya sih bisa juga lewat Bojong, tapi saya sudah terlanjur mengambil rute ke arah Bogor). Lalu menyusur lewat jalanan di sisi kereta api. Akhirnya saya telat, dan terjadi sedikit perdebatan. Tapi saya tak mempermasalahkan itu, malah saya bersyukur, saya menjadi sedikit mengerti tentang system transportasi di daerah sini.

Berikut beberapa daerah yang dalam seminggu biasanya saya kunjungi :
Mil yang pertama, dari Kantor (Gunung Putri, Bogor) menuju Kontrakan Solid Arsitek (Cilodong, Depok)
Ke Cilodong, Depok (border Ungu)
Saya biasanya mengunjungi 4 teman saya disana, Luxson, Faisal, Ale dan Wildan. Mereka sih biasanya stand-by, tapi akhir-akhir ini hanya Isal yang ada di sana, karena dia beserta keluarganya sudah pindah ke Cilodong, Wildan dan Luxson sedang berada di Surabaya untuk menyelesaikan proyek TK di Surabaya, sedangkan Ale sekarang sudah mempunyai kosan sendiri di Kalibata yang lebih dekat dengan kantornya, karena itu dia sudah jarang berkunjung lagi ke Cilodong.
Jarak yang ditempuh : +13 KM

Mil yang kedua, dari Kantor (Gunung Putri, Bogor) menuju Kosan Adi (Kelapa Dua, Depok)
Ke kosan Kelapa dua, Depok (border Biru Toska)
Adi, seorang teman Arsitek juga, mempunyai kosan yang lumayan strategis di Depok. Saya sering mampir ke tempatnya buat sekedar numpang tidur atau bermaen PS, hehe, sudah seperti tempat persinggahan saja. Seperti kemarin saya sedang memperbaiki hape saya yang rusak di Depok, saya pikir daripada bolak-balik ke rumah-kantor, saya pun memilih untuk beristirahat di kosan Adi. Walau sama-sama berjudul Depok, tapi jarak tempuh saya menuju kosan Adi lebih jauh tinggi dari jarak tempuh saya menuju kontrakan Solid Arsitek.
Jarak yang ditempuh : +20,8 KM

Mil yang ketiga, dari Rumah (perum Visar, Cibinong) menuju Kantor (Gunung Putri, Bogor)
Ke Gunung Putri (border Biru)
Tempat saya menyambung hidup, tak perlu dijelaskan lah yah kenapa harus berangkat dan pulang ke Cibinong :)
Jarak yang ditempuh : +11 KM

Mil yang keempat, dari Rumah (perum Visar, Cibinong) menuju Kontrakan Ka Glory, Epi, dan Bang Raja (Cempaka Putih, Jakarta)
Ke Cempaka Putih, Jakarta (border Hijau)
Ka Glory dan Adek Epi adalah saudara perempuan saya, sedangkan Bang Raja adalah Suaminya, (lae saya alias ipar saya). Saya biasanya menonton bola dengan Bang Raja, karena mereka memakai TV Kabel (modus :D ). Saya biasanya datang membawa Pepaya, tapi akhir-akhir ini Pepaya di rumah sedang tidak berbuah jadi, sekarang saya lebih sering datang dengan tangan hampa, hehe.
Ini adalah tempat yang paling jauh.
Jarak yang ditempuh : +41 KM

Mil yang kelima, dari Rumah (perum Visar, Cibinong) menuju Kosan Ordul alias mamanya Delidol dan Adeline (Setiabudi, Jakarta)
Ke Setibudi, Jakarta (border Merah)
Wuhuuu, inilah tempat dimana saya paling banyak menghabiskan akhir pekan saya jika sedang berkunjung ke Jakarta. Tempat ini magis, karena mempunyai seorang penghuni eksentrik yang bernama Sri Delly Situmorang, seorang pegawai Bank BUMN, Bank Mandiri. Tak perlu saya jelaskan panjang lebar. Karena yang lebar itu cuma bibirnya Tukul.
Tapi saat ini dia sedang tidak berada dalam kondisi yang begitu baik. Hmmm.
Miss her.
Jarak yang ditempuh : +39 KM

*untuk pengambilan semua gambar di atas, saya memakai aplikasi Google Earth.

Friday, September 13, 2013

Paling kesel kalau…


Pernah ga merasa, jika tindakan orang lain atau hal-hal yang terjadi di sekitar kita terasa tidak masuk akal? Merasa kalau apa yang dilakukan orang lain itu tidak sesuai dengan norma yang seharusnya terjadi (atau memang karena ego pribadi anda saja yang membuat tindakan tersebut masuk dalam kelompok “norma yang berlaku" ? hehe).
Memang benar, tidak semua hal yang terjadi di dunia ini sudah ada aturan bakunya, tentang bagaimana tindakan yang seharusnya dilakukan. Tapi entah kenapa mulut, pikiran dan sanubari saya bergejolak untuk berkomentar tentang hal-hal yang terlihat rancu dan aneh di mata saya.
Atau mungkin sebenarnya hal tersebut terasa “aneh” juga oleh anda? Entahlah. Kalau kita berpikiran sama, berarti benar adanya jika hal tersebut tidaklah lasim, tapi kalau ternyata hal itu terasa "biasa aja" bagi anda. Berarti anda juga aneh, atau saya yang aneh? :p Ah sudahlah, makin berbelit-belit saja sepertinya. Mungkin hanya saya aja yang lagi iseng untuk memperhatikan, melihat, merenungkan, bahkan merumuskannya :D 

Yang jelas saya itu paling kesel kalau :
  • Ada orang yang merokok ketika mengendarai motor
    Ini keselnya minta ampun deh kalo sampai kesundut ama rokok si kampret dungu yang lagi asik bawa motor sambil merokok. Tampangnya sih biasanya normal-normal aja, soalnya ketutupan oleh seragam “manusianya”.
    Apa salahnya sih dia berhenti sejenak untuk mengisap rokoknya, tidak ada yang melarang kan? Seleranya dia pas memilih helm adalah dia tidak akan pernah berniat untuk membeli helm full face, karena apa? karena helm itu bisa mengganggu aktifitas merokok-nya di atas motornya. Mungkin mereka pikir kalau merokok di atas motor itu keren. Padahal bagi saya, perilaku merokok di atas motor itu tidak lebih dari perilaku primata yang dibawa-bawa ke lingkungan manusia.
  • Ada Marketing yang meminta gambar seenak jidat
    Bagi mereka yang bekerja di RnD (research and development) pasti akrab dengan kata "dikejar deadline". Rnd adalah peluru dari sebuah perusahaan, merekalah yang nantinya membuat inovasi-inovasi baru produk perusahaan. RND ini bisa berupa Tim gambar kerja, kreator logo, kreator spanduk, dll.
    Nah menjadi masalah jika divisi RND dan Marketing bentrok. Marketing meminta gambar atau desain secepat mungkin, padahal pekerjaannya, misalnya, baru diberikan beberapa waktu yang lalu. Jika ada masalah tentang proyek, tiba-tiba saja mereka datang ke divisi RND, nah jika berhasil, sepertinya tidak ada tuh feed-back dari mereka-nya, bahkan sekedar untuk toast atas goalnya project. Memang tanggung-jawab marketing itu berat (emang divisi lain kagak?) dan secara keseluruhan memang Marketing-lah yang berada di atas (dibawah Bos tentunya :D ), tapi jika ada kesalahan yang terjadi, divisi desain-lah yang selalu dicecer. Seharusnya kan bisa diatur dengan baik antara pengaturan jadwal yang rapi, input dan output yang terorganisir, menghilangkan intercept marketing yang langsung terjun ke tim RND, membuat prosedur yang jelas, dll. Cuma terkadang memang Marketing-marketing ini sudah terlalu sulit untuk diberitahu.
  • Ada yang merayakan Valentine Day secara berlebihan.
    Suatu ketika adalah seoran pria yang sedang PDKT dengan seorang wanita, di bulan Desember/Januari, melihat perkembangan cintanya yang sedang tumbuh dengan mekar dan direspon dengan baik pula oleh si wanita, maka si pria meminta saran kepada temannya tentang kapan waktu yang tepat untuk menyatakan cinta. Kebetulan temannya ini adalah seorang yang sangat antusias dengan Valentine Day, mereka pun memulai percakapan :
    Pria : Bro, si A udah semakin respon nih sama gw, gmn menurut lu men? Tembak sekarang nih?
    Teman dekat : Wah pas bgt bro, kan bentar lagi Palentin dei, tembaknya pas hari itu aja, ajak makan di resto mana gitu, bikin romatis deh.
    Pria : Ah belum siap bro, mana duit udah kepake buat bayar cicilan lagi. Hati juga masih blm terlalu yakin nih, masih butuh waktu..
    Teman dekat : Jiahh, gpp lh, hajar aja, kapan lagi coba, udah pas palentin, hari Sabtu pula. Aduh, ayolah..
    Pria : Aduh gimana yah, tunggu bentar lagi deh, tunggu bnr2 siap
    Teman dekat : ih kapan lagi coba, nanti kalau udah lewat Palentin mah udah "kurang gregetnya"
    Percaya ga, hampir semua orang sependapat jika harinya menyatakan cinta itu ada di hari Valentine? Jadi artinya di hari Valentine itu orang "harus" saling mengasihi. Ihh males bgt kan? Apaan coba. Menurut saya, hari kasih sayang itu setiap hari, dan kalau pun anda memerlukan ada momen khusus untuk merayakan hari kasih sayang, itu bisa diciptakan sendiri.
    Bukankah lebih romantis jika kalian memiliki "Valentine Day Pribadi"? Misalnya Parjo's day yang dirayakan setiap 16 Maret oleh Parjo dan Ordul, kan Eksklusif :)
  • Ada yang membuat "polusi suara" di jalan raya.
    Masih seputar etika berkendara di jalan raya, mengingat hampir 4 jam dalam sehari kita pasti berhubungan dengan jalanan, entah ketika kita berkendara, melakukan aktifitas jual-beli, bekerja, atau untuk sekedar nongkrong di pinggir jalan yang lagi booming di Jakarta (sepel, la'son, indomat, dll). Kita semua pasti sering mendengar suara bising knalpot dari kendaraan yang sengaja dimodif, agar mengeluarkan suara yang bising, terutama motor (kalau dikampung saya, Tarutung (Sumatera Utara) sana, motor artinya mobil sedangkan kereta artinya motor, jadi buat pembaca kelahiran kampung saya jangan sampai salah yah :p ). Itu yang saya heran, sebenarnya yang punya motor itu ga pusing apa dengar suara knalpotnya sendiri? Bayangkan jika anda sedang berada tepat di belakang motor dengan knalpotnya berisik tersebut? Ughh, rasanya pengen ambil selang, trus taro ke kupingnya, biar dia dengar sendiri gimana rasanya. Asli males bgt liat orang-orang yang sengaja modif knalpotnya supaya (mereka pikir) motornya keren. Biasanya sih yang motornya "kere" yang dimodif seperti ini, mereka butuh semacam pengakuan atas partisipasinya di jalan raya. Padahal mah jauh bgt dari "kelihatan keren", yang saya lihat justru orang yang modif knalpotnya seperti ini adalah orang-orang kurang kerjaan sekaligus conge'an (istilah buat orang yang punya penyakit di telinga).
    Saya ga pernah mengerti kenapa ada orang-orang seperti ini di muka bumi.