Sebelumnya,
saya masih ingat tempo hari ada macet hebat terjadi di Jakarta, jaman Bang Foke
masih memimpin, di status jejaring sosial facebook (pada waktu itu twitter
masih asing :D ) semua teman saya update status dengan topic yang hampir sama,
yaitu macet, misalnya: “gila gw jalan kaki dari Prapatan Rawamangun sampai
Plumpang” atau “mobil ga bisa gerak, yang naik bus pada turun dan memilih jalan
kaki di jalan tol!”, dll. Ada juga sih beberapa teman yang tanpa perasaan bikin
status : “hanya ketawa-ketawa liat orang-orang pada kejebak macet, kusut nih
yee”, tidak sadarkah dia bahwa dia telah membuat hati jutaan rakyat terluka.
Saya lupa tanggal tepatnya kejadian itu, tapi yang pasti semua orang mengumpat
gubernur saat itu dan berlomba membagikan cerita seru versi mereka sendiri
ketika berkumpul dengan teman atau keluarga.
Macet,
banjir, polusi, gaya hidup moderat adalah identitas kehidupan warga Jakarta
yang harus mereka jalani. Entah kenapa hal-hal tersebut sudah seperti mendarah
daging. Kali ini saya mau lebih membahas tentang macet dan “keunikannya” (lebih
kepada sengsara sih tepatnya). Moto macet di Ibukota negara ini adalah “kalo ga
macet ga berasa di Jakarta”. Titik rawan macet hampir terjadi di seluruh
jalan raya di Jakarta, namun yang paling terkenal akan kemacetannya adalah :
Kuningan, Cempaka Mas, Gatot Subroto, kemang, dan lainnya. Penyebab kemacetan
bermacam-macam, diantaranya : jam pergi/pulang kerja, hujan, pohon tumbang
(jika ada angin kencang), angkutan yang ngetem, kontainer keluar dari pelabuhan
(khusus daerah utara), bahkan terkadang adu bacot di jalan raya/tol sering
bikin macet sampai berkilo-kilo. Ada cerita menarik waktu jamannya kuliah,
ketika pulang dari Depok, bus Patas 82 cuma bergerak seiprit-iprit sampai 1 jam-an, nah ketika bertemu pertigaan cawang
jalanan langsung lancar (yang 1 ke arah Grogol dan yang satu lagi ke arah
priok). Entah apa yang dilakukan para pengemudi itu ketika nemu pertigaan itu,
bisa jadi mereka tos dulu dan memberikan semangat kepada para pengemudi yang ke
arah biang macet, yaitu Grogol /Bandara Soeta, saya ga ngerti dah.
Kembali
ke judul di atas kenapa saya bilang warga Jakarta itu hebat? Karena
mereka di anugerahi kesabaran yang sangat luar biasa oleh sang Khalik.
Bagaimana tidak, mereka bisa betah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun tinggal
di jakarta dengan berada di atas kendaraan selama minimal 3 jam sehari. Coba
kalau saya ajak saudara saya yang dari kampung untuk diam di mobil selama 2
jam, saya yakin dia akan gelisah dan selalu menanyakan "sudah mau
sampai belum?". efek yang terasa jika berada dalam mobil selama 2 jam
adalah pantat terasa panas, orang di samping anda mulai membosankan, bateray
hape mulai habis (karena keseringan update status), bahan obrolan menipis, dan
lainnya.
Sedikit
cerita tentang hari kemarin, 6 Februari 2013, sekitar pukul 3 atau 4 sore,
turun hujan yang berlangsung (kaya wedding aje) selama 2 jam, hujannya disertai
petir dan angin kencang. Di sisi lainnya jam pulang kantor rata-rata adalah
pukul 5. Hujannya cukup besar, sehingga menimbulkan banjir dimana-mana, ga
tinggi sih Cuma sekitar 30cm-50cm (kalo di Jakarta istilahnya memang “cuma”),
tapi hal itu sudah cukup membuat beberapa motor mesinnya mati dan membuat
pengemudinya mesti mendorong motor tersebut dan membuat jalanan tersendat. Coba
tebak berapa jam orang-orang yang tadi malam terjebak macet di jalan raya?Saya
sendiri 3,5 jam! padahal cuma dari Gadjah Mada menuju Tomang. Saya sendiri ga
menyangka bisa melewati 3,5 jam hanya dengan duduk manis sambil ngobrol dengan
seorang teman aja dan mendengarkan radio. Saya benar-benar mati gaya, soalnya
bateray hape sudah habis pas jam 6an. Ketika saya sudah kembali ke rumah
sekitar pukul 10 saya baca update status orang-orang (kali ini pake twitter),
masih ada yang mengeluh tentang macet di daerah semangi, wow!. Bayangkan jika
rumahnya di daerah bogor, mungkin dia bisa sampai 7 jam di jalan, jika di
hitung dari jam 5 , jam-nya pulang kantor. Teman kantor yang pulangnya naik
Transjakarta, bahkan ada yang bolos hari ini, karena suntuknya macet tadi
malam, bukannya apa-apa, kalau di bus kan biasanya berdiri, kebayang dong.
Apa
sih yang di lakukan warga Jakarta ini jika berada dalam kondisi macet seperti
itu? Ada yang rajin mendengar radio tetang kondisi terkini, bukan untuk
mendengar kapan lancar, karena itu tak mungkin, tapi hanya untuk mendengar
kondisi pengemudi di lokasi lain yang senasib dengannya. Ada yang tiba-tiba
berubah menjadi tukang parkir professional yang mengumpulkan rejeki. Ada juga
yang memainkan game di hape, mencoba menamatkan level tertentu yang tidak
sempat dilakukan karena banyaknya pekerjaan. Ada lagi yang menghentikan
motornya (ato lebih tepatnya, motornya mati karena kaburatornya kemasukan air)
dan menjadikan macet dan banjir itu sebagai pemandangan. Dan banyak aktifitas
baru lainnya.
Jakarta,
itulah yang membuat orang-orang betah berlama-lama di jalan raya. Tempat dimana
uang berputar, barang-barang murah/grosiran, bisnis, dan hal menarik lainnya
berada. Karena itulah, kenapa jumlah warga Jakarta bukannya semakin berkurang,
tapi semakin bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun walau diperhadapkan dengan
kondisi yang sumpek seperti jakarta ini. Jika jumlah penduduk makin bertambah,
otomatis angka kendaraan makin bertambah, otomatis juga kemacetan akan
menjadi-jadi.
Jakarta,
tempat dimana gengsi ada di tempat kedua setelah makanan, dalam prioritas hidup
warga Jakarta. Demi beberapa gepok uang yang mereka kumpulkan tiap bulan,
mereka rela mengkondisikan diri mereka sebagai tawanan macet. Tertawaan si manusia
sederhana.
Walaupun
sebenarnya ga selamanya macet itu = Jakarta. Dulu setiap lebaran tiba, kami
sangat menikmati Jakarta, sepi men. Kalo biasanya melaju dengan kecepatan
20-30km/jam, pada saat libur lebaran tiba. Kecepatan 60-80km/jam adalah
standar. Karena kebanyakan warga Jakarta sedang pada mudik tentunya. Tapi
uniknya tahun lalu, kata status orang-orang Jakarta katanya tetap rame
loh. Entah apa yang terjadi, mungkin lagi rajin menabung makanya malas pulang
kampung.
Ini
sedikit tips kepada warga Jakarta agar semakin “hebat” dalam menyiasati macet :
- belilah power bank jika anda orang yang mobile, karena ini hape adalah senjata ampuh dalam meladeni macet. tapi saya sarankan anda tetap berhati-hati ya ketika menggunakan hape pada waktu mengemudi. safety first.
- jangan biarkan bensin dalam keadaan mendekati E (Empty), anda mau dorog mobil sampai Pom bensin?
- dengar radio yang memberitakan kondisi lalu lintas terkini, siapa tahu ketika anda nge tweet atau nelpon, anda ditelepon balik radio yang bersangkutan, yah lumayan biar eksis dikit.
- sebisa mungkin jangan sendirian, lumayan biar ada teman ngobrol
- berkhayal, mungkin anda terlalu sibuk selama ini sehingga anda kekurangan waktu untuk membayangkan hal-hal imajinatif yang menyenangkan hati kalian, misalnya : membayangkan Arsenal Treble Winners
- berdoa. banyak-banyaklah berdoa, karena cuma itu yang bisa anda lakukan jika poin 1-5 tidak bisa anda lakukan. berdoa membuat anda banyak berserah sama sang Khalik, termasuk saat puncak macet sekalipun. Semoga anda dikuatkan
keep strong Jakartans
*maaf postingnya harusnya kemaren,
07 februari 2013, untuk menyelaraskan dengan fakta di lapangan, cuma baru
kesampain hari ini :))
salam macet! eh salam semangat!
No comments:
Post a Comment