Music
Ada pendapat dari Suka Hardjana yang
sangat saya suka, tentang musik, yaitu : “musik mempunyai kekuatan pengaruh
sugesti tersembunyi yang tak terelakkan. Bunyi itu penetratif dan sugestinya
merembus ke seluruh spektrum kesadaran—dalam gelap maupun terang—bak benda cair
merembes ke ranah dataran benda padat. Ia tak terelakkan (unverhindem), bahkan
juga untuk mereka yang tuli dan hilang ingatan sekalipun”, itu benar adanya
guys.
Sekilas kita bahas sedikit tentang
pengertian musik, tidak ada salahnya kita nambah-namnah pengetahuan kita, menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602) Musik adalah ilmu atau seni menyusun
nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan
komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara
yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan
(terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Dan menurut beberapa ahli, musik itu :
- adalah melodi yang syairnya adalah alam semesta (Arthur Schopenhauer, Filsuf asal Jerman)
- adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan (R.M.A.P. Suhastjarja, senior Fakultas Kesenian, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta)
- adalah ciri khusus spesies manusia karena musik merupakan aspek perilaku manusia yang ada di mana – mana (John A.R. Blacking, ethnomusicologist dan social anthropologist asal Inggris)
waw, begitu unik ya pendapat para
tokoh-tokoh itu mengenai musik. Saya sendiri tertegun, ternyata musik tidak
sesimpel yang kita kira, bukan hanya alunan suara dan harmonisasi yang lewat
begitu saja melalui kuping, tapi banyak aspek yang membuat musik lahir sehingga
muncul musik seperti yang kita dengar saat ini, belum lagi kekuatan lirik yang
mampu membuat orang tertegun untuk memperhatikan apa yang pembuat lagu ingin
sampaikan. Coba apa yang anda pikirkan ketika mendengar lagu dari The Beatles
“imagine” yang di buat John Lennon? Potongan lirik awalnya “Imagine there's no
heaven”, wiih, banyak sekali pesan sosial yang ingin di sampaikan beliau disana.
Music’s Growth
Musik mengalami perkembangan yang
sangat pesat dalam kehidupan manusia akhir-akhir ini, terutama di Indonesia. Sekarang
kita sudah bisa menyaksikan musisi kesayangan kita hampir setiap hari Musik
yang tadinya sekedar hiburan, makin lama semakin berkembang dan berubah menjadi
sebuah industri. Musik juga sudah menjadi sebuah gaya hidup. Semakin banyak
yang menggantungkan hidupnya pada musik dan membuat musik menjadi first
priority dan jujur saya sendiri sempat berpikir ingin ikutan berkecimpung dalam
musik namun akhirnya memilih untuk sekedar mencintai saja sampai saat ini.
Saya sangat suka belajar sejarah,
karena itu saya ingin berbagi sedikit
tentang sejarah musik, gapapa ya mirip-mirip anak sekolahan,hehe.
Pada awalnya, musik digunakan dalam
peribadahan, namun pada zaman pertengahan
(476 sampai 1500-an), dikarenakan adanya penemuan-penemuan dalam segala
bidang akhirnya berpengaruh juga ke dalam ranah musik, musik akhirnya juga di
peruntukkan untuk urusan duniawi, sebagai sarana hiburan. Musik berkembang di
eropa barat.
Setelah
itu muncul era Renaisance (1500 sampai
1600), Musik dipelajari dengan cirri-ciri khusus, contoh nyanyian
percintaan, nyanyian keperwiraan. Sebaliknya musik Gereja mengalami kemunduran.
Pada zaman ini alat musik Piano dan Organ sudah dikenal, sehingga munculah
musik Instrumental. Di kota Florence berkembang seni Opera. Opera adalah
sandiwara dengan iringan musik disertai oleh para penyanyinya.
Yang
ketiga era Barok dan Rokoko (sampai
1750an), Kemajuan musik pada zaman pertengahan ditandai dengan munculnya
aliran-aliran musik baru, diantaranya adalah aliran Barok dan Rokoko. Kedua
aliran ini hamper sama sifatnya, yaitu adanya pemakaian Ornamentik (Hiasan
Musik). Perbedaannya adalah bahwa musik Barok memakai Ornamentik yang diserahkan
pada Improvisasi spontan oleh pemain, sedangkan pada musik Rokoko semua hiasan
Ornamentik dicatat.
Era
yang keempat adalah Zaman Klasik (1750 –
1820), Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok
dan Rokoko. Pada zaman ini muncul penggunaan
Dinamika (dari Keras menjadi Lembut, Crassendo dan Decrasscendo), perubahan tempo (accelerando (semakin
Cepat) dan Ritarteando (semakin lembut)). Pemakaian Ornamentik dibatasi dan munculnya Penggunaan Accord 3 nada.
Era
yang kelima adalah Zaman Romantik (1820
– 1900), Musik romantic sangat mementingkan perasaan yang subyaktif. Musik
bukan saja dipergunakan untuk mencapai keindahan nada-nada, akan tetapi
digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Oleh karena itu, dinamika dan tempo
banyak dipakai. Ada yang saya suka pada zaman ini yaitu lahirnya musisi, yang
membuat saya terbengong-bengong, Ludwig Von Beethoven (1770 – 1827), keunikan
dia adalah dia bisa membuat lagu dalam keadaan tuli. Pada waktu ciptaannya Ninth Symphonies lahir, dan ia tidak
mampu lagi mendengarkan hasil karyanya itu. Waw!.
Yang
terakhir adalah Zaman Modern (1900 –
sekarang), Musik pada Zaman ini tidak mengakui adanay hukum-hukum dan
peraturan-peraturan, karena kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat,
misalnya penemuan dibidang teknik seperti Film, Radio, dan Televisi. Pada masa
ini orang ingin mengungkapkan sesuatu dengan bebas.
Music in Christian’s
life
Tidak hanya di dunia secara
keseluruhan tapi di dalam kehidupan Kristen, musik gereja juga mengalami perkembangan yang signifikan. Di
dalam gereja, musik mempunya peranan yang sangat penting, bayangkan kata
“musik” diulang sampai 575 kali, dan ada 44 kitab yang beracuan dengan musik.
Kitab mazmur terdiri dari 150 pasal yang berisikan tentang musik atau nyanyian.
Dan semenjak kedatangan Tuhan Yesus kedunia ini musik tidak lagi diperuntukkan
untuk ibadah, tapi juga untuk pribadi lepas pribadi (Saat teduh untuk
perorangan, kelompok kecil dan lainnya)
Berbarengan dengan dengan sejarah
musik dunia, sejarah musik gerejawi pun mengalami pertumbuhan dengan rentang
waktu yang berdekatan, karena jenis musik populer yang kita dengar sekarang memang
awal mulanya berasal dari musik yang berasal dari tempat ibadah, kuil, dsb.
Menurut penelitian awal mulanya berasal dari Yunani dan Mesir melalui patung-patung
instrumen musik dan peninggalan sejarah lainnya, dan bukti secara alkitabiah,
itu terdapat pada teks Keluaran 19 : 16-19, Yosua 6 : 8-9, hakim-hakim 5.
Pertumbuhan musik gereja dimulai dari
kejatuhan Kerajaan Romawi pada tahun 476 yang adalah awalnya. Sudah mulai
muncul nyanyian yang di nyanyian oleh 2 orang atau lebih secara bersamaan
(koor), penggunaan instrument polifonik untuk mengiringi nyanyian, dsb. Lalu
puncaknya ditandai dengan lahirnya tokoh agama Kristen pada abad 15 dan 16 Marthin
Luther, John Calvin, dsb.
Ada masa kelam gereja yang berpengaruh
juga otomatis ke musik gereja, yaitu pada abad 17. Pada masa ini, kaum puritan
dari Inggris menentang sistem ibadah John Calvin, mereka melarang peribadahan
menggunakan Organ, paduan suara, menghancurkan perpustakaan kuno,dll. Lalu setelah
itu perkembangan musik gereja di abad 18 dan 19 sangat hebat, melahirkan bentuk
lain dari musik gereja yaitu oratorio, muncul komposer-komposer kenamaan
seperti J. Sebastian Bach (dengan karyanya : Passion Music), George F. Handel
(The Messiah), Franz J. Haydn (The Creation), Felix Mendelssohn (the Ellijah),
dan banyak komposer lainnya.
Ada yang unik di abad ke 19 yang
sangat berbeda dari jenis musik yang saya sebutkan di atas, yang lebih klasik,
yaitu munculnya lagu-lagu injil (gospel
song) di Amerika. D.L. Moody dan Iran Sankey berpengaruh dalam mengenalkan
jenis musik ini. Jenis musik ini beraliran blues.
Itu sedikit tentang sejarah musik
gereja secara global (dunia), di dalam negeri sendiri (indonesia) pertumbuhannya
dimulai oleh invasi Eropa dan Amerika,
yang mengenalkan musik melalui pengabaran injil tapi disertai juga oleh penjajahan,yaitu
Belanda dan Portugis. Namun ada pula yang murni untuk hanya untuk mengenalkan
Kristen seperti Nommensen dari Jerman atau Munson dan Lyman dari Amerika.
Di tanah Batak sendiri, Ludwig Ingwer Nommensen yang beraliran Lutheran,
mengadopsi lagu gereja yang populer di tanah Eropa, untuk di pakai dalam
pekabaran Injilnya dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Batak. Unik sekali
memang, di tengah kondisi kehidupan suku batak yang masih terbelakang, tapi
lagu-lagunya sudah modern dan mengikuti perkembangan orang Eropa saat itu. Kita
orang Batak boleh bangga akan hal itu. Betapa beruntungnya kita! Ada seorang
musisi gereja (saya lupa namanya) bilang : ini (dengan mengacungkan Buku Ende)
adalah harta dan warisan musik dunia yang tidak ternilai harganya.
Di Gereja Konvensional seperti HKBP
hampir 60% lebih ibadah menggunakan musik sebagai penuntunnya. Sekarang saja
ada 7 lagu yang dinyanyikan tiap Ibadah, belum termasuk Paduan Suara, belum
banyak yang berubah dari model peribadahan di HKBP.
Akhir-akhir ini musik gereja secara
umum banyak di pengaruhi oleh aliran pop, bahkan sudah ada sedikit unsur rock
yang di masukkan. Gereja-gereja sekarang kebanyakan sudah banyak merubah metode
peribadahan yang berimbas pada jenis musiknya juga berubah, tidak lagi
konvensional. Tapi kita harus hati-hati dan selalu berhikmat dalam membuat atau
mengikuti sebuah perubahan. Ada yang harus dipertahankan dari jenis musik
klasik yang selama ini kita dengar di HKBP, tapi kita juga tidak boleh menutup
mata untuk sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti membawa kendaraan,
kita harus melihat spion untuk “kebelakang”, memperhatikan “kiri-kanan” dan
selalu memperhatikan ke “depan” yang menjadi tujuan kita yaitu : memuliakan
nama Tuhan!!
Jazz for life
Saat ini entah kenapa setiap mendengar
musik saya langsung merasakan ketertarikan yang sangat besar bawaannya pengen
konsen dengar, apalagi kalo dengar jazz :). saya mempunyai sedikit kisah yang
membuat saya pada akhirnya bisa suka, kagum, cinta, dan akhirnya pengen
berkreasi di musik.
Waktu saya kecil sampai SMP awal, saya
tidak pernah benar-benar suka dengan musik, lebih tepatnya tidak pernah memperhatikan hal
yang berhubungan dengan musik. Saya lebih suka main-main kelayapan layaknya
anak bocah seumuran saya, menangkap ikan, sampai akhirnya masuk SMA dan bertemu
dengan 2 teman SMA yang lumayan gila musik. Ikut-ikutan, hingga akhirnya
kecanduan dengerin musik, ngulik gitar, latihan band. Awalnya saya suka musik
Rock/ Metal, karena jenis musik yang lagi tenar pada masa itu ya jenis musik
seperti itu. Sampai kelas 2 SMA saya masih sering maen di studio dan beberapa
kali manggung di festival. Lalu pas kelas 3 SMA ikut orangtua yang notabene
pendeta pindah ke Jakarta. Di Jakarta, Semper tepatnya, saya lalu dikenalkan
dengan cara memainkan musik rohani, awalnya saya bingung dan hampir ga bisa
ngikutin. Karena memang jika dibandingkan antara musik Metal/Rock dengan musik
rohani yang lebih Hymne/Gospel/Pop memang sangat berbeda.
Di semper saya terlibat dalam
pelayanan Remaja HKBP dan mulai merasakan kegunaan musik yang sesungguhnya,
Bukan cuma buat muas-muasin nafsu maen gitar yang hanya menonjolkan skill
(walaupun saya sebenernya belum punya skill
gimana-gimana, haha), tapi musik yang saya kenal di Semper adalah, musik
untuk memuji Tuhan, terlebih permainan musik di semper itu berguna sebagai alat
untuk memimpin ibadah, padus, vokal grup dan lainnya.
Saya pun mulai ikut di pelayanan musik
HKBP Semper, saya belajar Saxophone secara otodidak dengan seorang pemusik
senior HKBP Semper. Kami banyak berlatih bersama sehingga akhirnya terjun
langsung ke Ibadah. Saya masih ingat pertama kali tampil, bawaannya deg-degan setiap
akan berdiri untuk niup Saxophone, dan kalau salah, bisikan-bisikan yang kurang
enak akan terlihat dan terdengar secara jelas dari jemaat yang membuat lutut
lemas dan pengen berhenti maen musik. Tapi pada akhirnya saya baru sadar, itu
semua adalah ujian yang mesti dilewati sebagai pelayan Tuhan. Mental
jelas-jelas diuji dan di tempa pada waktu itu, saya selalu senyum-senyum kalau
ingat itu.
Lambat laun selera saya pada musik pun
berubah, ada 3 hal yang mempengaruhi. Pertama,
musik metal yang maennya cepat dan butuh fingering yang kuat;
kedua, musik gereja yang sangat
mementingkan konstanitas, percaya diri, hafal;
dan ketiga saxophone. Saya baru sadar pas niup Saxophone, suaranya itu
sangat khas dan setelah banyak dengar dan banyak memperhatikan musik, suaranya
itu ternyata lebih pas kalo diiringi musik Jazz.
Saat ini musik Jazz dan Saxophone
mempunyai ruang yang sangat besar di hidup saya, ada keinginan untuk ikut
membantu perkembangan musik yang selama ini kita dengar, terutama dalam
lingkungan musik gereja, ke arah yang lebih baik. Ingin sekali memasukkan unsur
Jazz dan nuansanya kedalam style musiknya. Mungkin terdengar arogan, namun
sebenarnya itu akan menjadi hal yang sangat menarik karena nantinya musik
gereja akan menjadi variatif, ada banyak pilihan. Yang selama ini sudah ada,
seperti style musik klasik (organ, piano, dll), pop (gitar, drum, dll),
tradisional (gondang, sarune, dll) pasti akan lebih menarik jika ada pilihan
untuk style musik gospel yang lebih blues (blues sepertinya tidak mempunyai
alat musik yang khas, namun jenis ini sangat kaya akan irama dan tangga nada),
dan irama jazz (saxophone, flute, dll) yang lebih kompleks.
Saya punya moto (pernah saya jadikan
juga sebagai password akademis :p) : “jazz for life”, terdengar seperti orang
yang ga punya keyakinan yah ? harusnya kan Jesus for life, hehe. tapi saya punya maksud tersendiri kenapa bikin moto
begitu, ya karena memang sepanjang hidup saya, bakal ga jauh-jauh dari musik
ini. banyak yang mengira musik jazz itu adalah musik orang elit, dan cuma bisa
dinikmati oleh golongan-golongan tertentu, tapi tau ga, awalnya musik jazz itu
lahir justru dari kaum-kaum buruh dan pekerja di Amerika yang mempunyai waktu
luang (iseng-iseng) mengumandangkan perubahan ditengah-tengah perbudakan yang mereka
alami.
Sulit memang dalam mencerna musik ini,
bahkan untuk beberapa lagu, saya sangat sulit untuk menikmatinya karena
bervariasinya tangga nada yang digunakan oleh penyanyii/pemusiknya. Dalam hal
memainkannya, sampai saat ini, saya masih lebih banyak sebagai penikmat musik
itu sendiri, untuk memainkannya langsung saya masih harus banyak belajar.
Belajar fingering,belajar temponya yang
turun naik, belajar menikmati bassnya yang jalan trus, belajar memahami
gitar yang cuma sekilas sebagai filler, belajar tangga nada dasar jazz, dan yang
paling penting bagaimana cara memasukkan unsur musik tiup (terutama saxophone)
ke dalam lagu.
Terhampar luas waktu dan tempat yang
Tuhan sediakan di hari depan untuk belajar dan terus mengasah kemampuan. Dan
satu hal yang tidak akan lupa saya lakukan di sepanjang hidup saya adalah,
semampu saya bisa, "SAYA AKAN
SELALU BERMUSIK UNTUK TUHAN', terlepas dari semua impian, cita-cita dan harapan
saya di dalam dunia musik.
Inilah musikku. musikmu? :)
Red : Dari
berbagai sumber (terima kasih om gugel J), untuk sejarah musik gereja saya kutip dari
buku Kenneth W. Obsek, The Ministry of Music, 1971. Semoga bermanfaat.