from http://www.cadalyst.com |
Sampai kelas 3 SMA saya masih berpikir kalau dunia saya
nantinya adalah dunia penelitian, dunia dimana saya bisa menciptakan sesuatu
yang baru, tapi belum tahu apa yang ingin saya teliti. Yah mirip-mirip professor
ling-lung di komik Donal Bebek lah. Hingga akhirnya saya memilih bidang Kimia,
yaitu Farmasi. Saya cukup menyukai pelajaran Kimia, karena itu adalah pelajaran
yang sebenarnya ada di kehidupan kita sehari-hari namun kita kurang menyadari
kehadirannya. Contohnya H2O yang ternyata air, O2 yang ternyata udara, dan hal
lainnya. Saya merasa kimia mampu mengarahkan saya ke dunia dimana saya nantinya
bisa berkarya. Pelajaran lainnya yang saya sukai adalah Matematika. Sampai kelas
1 SMP saya termasuk murid yang tidak terlalu menyukai matematika, karena rumit,
pusing melihat angka. Tapi memasuki kelas 2 SMP saya menemukan bahwa matematika
itu adalah pelajaran yang sangat menarik ternyata, dari yang saya tidak terlalu
suka, berubah menjadi pelajaran favorit. Bahkan pelajaran andalan ketika
ditanya guru : siapa yang bisa menjawab ini? saya dengan bangga angkat tangan. Matematika
menawarkan ilmu yang mempunyai banyak korelasi, banyak keterkaitan. Filosofinya
seperti ini : Cara membongkar rumus A adalah dengan mamasukkan rumus B melalui
rumus C yang secara tersirat informasinya ternyata tertulis di rumus A. Ya kira2
hal seperti itulah. Terakhir saya suka pelaran Geografi, belajar cara melihat
bumi, menyadari bahwa bumi itu bulat, belajar mengingat nama ibukota Negara dunia
dan mengetahui tempat tertinggi atau tempat terdalam di dunia sudah seperti air
minum yang sangat segar untuk saya minum pada saat itu.
Hingga tibalah saat dimana saya harus memilih kemana kaki
ini harus berpijak. SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) akan diadakan dan
saya akan berpisah dengan masa 9 tahun wajib belajar. Saya akhirnya memilih
jurusan Farmasi UI dan UNPAD, pilihan yang ceroboh dan terlalu percaya diri
saudara-saudara. Bukannya apa-apa, kedua jurusan itu merupakan jurusan favorit
di kedua kampus itu, katanya sih jurusan itu merupakan pilihan kedua anak
Kedokteran. Dapat dibayangkan siapa saja saingan saya bukan? Seperti dapat diprediksikan,
saya gagal total di SPMB tahun 2005. Saya pun ditanyakan oleh orangtua saya,
mau lanjut pendidikan dimana? (karena orangtua saya yang notabene orang batak,
menginginkan anak-anaknya minimal bisa menjadi Sarjana) saya pun bingung,
karena saya juga tidak menyiapkan rencana cadangan yang matang apabila SPMB
tidak masuk, saya tidak mendaftar kemana-mana waktu itu diluar Universitas yang
menawarkan diri ke sekolahan saya, SMA 92 Jakarta, salah satunya Universitas
Gunadarma.
Pada akhirnya Universitas Gunadarma mengirim surat untuk
ikut program beasiswa. Saya baru ingat pada waktu mengisi jurusan sewaktu di
tes oleh Gundarma, saya mengisi jurusan Arsitektur. Kenapa saya memilih
Arsitektur? Karena pada waktu itu Teknik Sipil (yang menjadi prioritas saya
waktu itu, karena saya pikir akan banyak menghitung) masih terakreditasi B
sedangkan Teknik Arsitektur-nya sudah berakreditasi A. Setelah melalui banyak
pertimbangan, salahsatunya biaya kuliah yang tidak mahal, dan saya harus berpacu
dengan waktu yang semakin dekat memasuki ajaran baru tahun perkuliahan tahun
2005/2006 yang akan segera dimulai, saya pun memilih kuliah di kampus ini.
Melihat perjalanan saya untuk belajar
melalui perkuliahan sebelum memasuki dunia Arsitektur memang terlihat seperti “sisa”.
Namun saya percaya itu semua sudah diatur sama yang Di Atas. Saya juga yakin,
saya tidak akan lebih menikmati dunia Farmasi daripada dunia Arsitektur, karena
apa yang saya alami waktu sekarang adalah hal yang sangat saya syukuri.
"Karena menyesal membuat kita lupa bersyukur"
Setelah 5 tahun kuliah, saya
sempat bekerja di Konsultan Arsitektur, Designscape. Perjalanan karir saya
tidak terlalu baik disana, saya hanya 4 bulan berada disana, namun saya
mendapatkan cukp banyak ilmu disana. Dan sekarang bekerja di Distributor Lampu,
Lelco Trindo Graha Nusantara, di tempat ini saya belajar mengenai Penerangan
Gedung. Sebatas penerangan saja. saya meninggalkan dunia Arsitektur yang
seharusnya masih saya tekuni dengan giat, mengingat saya masih sangat mentah
sebagai fresh Graduated, tapi saya tetap mensyukurinya karena sayamendapatkan
pengalaman baru. Walaupun judulnya “distributor lampu” namun staff yang bekerja
di Research and Development (Divisi Desain) ini rata-rata adalah anak Arsitek
semua. Jadi saya juga mendapatkan ilmu Arsitektur walaupun cuma sedikit. Sekarang
saya jadi punya hobby baru jika jalan-jalan ke luar. Apa itu? Ya melihat
penerangan gedung. Sekarang melihat penerangan Interior dan eksterior menjadi
hal yang manarik untuk dikomentari. Apalagi jika sedang berjalan-jalan di Mall,
yang umumnya memang menggunakan penerangan yang “wah” supaya menjadi menarik di
mata konsumen, Lighting menjadi sangat menarik dimata saya.
Saya bekerja cukup nyaman bekerja di
sana, sekarang saya sudah bekerja 1,5 tahun. Namun melihat lebih dalam ke diri saya
sendiri, saya merasa haus untuk lebih mengerti tentang dunia Arsitektur dan ilmu
yang saya dapatkan di Lelco, tidak terlalu banyak. Saya pun mulai merasa jenuh dan
berpikir untuk menata kembali karir saya. Kenapa? Karena saya memang seharusnya
mengisi kepala dan ide saya dengan hal-hal inovatif dengan berlatih di tempat
yang seharusnya, yaitu : dunia Arsitektur.
Berat pastinya untuk masuk ke dunia
Arsitektur lagi. Tapi saat ini, 20 maret 2013, saya mulai membayangkan masa
depan yang sempat kabur menjadi pasti kembali, yaitu kembali merancang sesuatu,
berkarya di tempat yang seharusnya saya berada. Menyingkirkan pesimisme “apakah
saya mampu menjadi Arsitek yang baik” yang sering saya rasakan. dan
memanfaatkan masa muda saya sebaik mungkin. Mudah-mudahan jalan kembali ke dunia
Arsitektur itu memang takdir yang sudah ditetapkan oleh Dia, Sang Khalik.
"Banyak hal yang terjadi dalam hidup saya, hal-hal yang terjadi secara kebetulan, tak direncanakan, tapi pada akhirnya terjadi tanpa bisa saya bayangkan tapi saya bisa tetap hidup dan malah menikmatinya. Rencana kita di masa lampau memang tidak selalu menjadi kenyataan, tetapi kenyataan saat ini bisa membuat kita berpikir kembali dan menata masa depan yang lebih baik dengan keadaan kita saat ini"
No comments:
Post a Comment