(dari : kamimahasiswa.blogspot.com) |
Jadi kalau anda melihat IP saya yang cuma 2,93 + lulusnya membutuhkan waktu sampai 5 tahun, anda mungkin menyangka kalau saya malas-malasan kuliah kan? Ga serius kuliah kan (nada mulai meninggi)? Sering begadang karena maen PS kan (nada sudah maksimal)? Huh. Yah itu benar saudara.
Tapi dibalik kemalasan
saya ketika kuliah, anda mungkin tidak menyangka perjuangan saya untuk sekedar
mendapatkan ijazah yang fungsinya (dikenyataan) hanya sebagai syarat masuk
kerja ini. Saya kuliah di Universitas Gunadarma (kata orang-orang ini kampus se-Asia
Tenggara, karena “katanya” kampus Gunadarma ini mempunyai mahasiswa terbanyak
se-Asia Tenggara). Saya mengambil
jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Berbeda
dengan jurusan mayoritas seperti Komputer atau Ekonomi, jumlah mahasiswa Teknik
Arsitektur ini tidak banyak, bisa kita bilang minoritas. Jumlah mahasiswanya
paling banyak cuma 60-an orang (kalau saat ini saya kurang tahu, dengar-dengar
sudah nembus 100-an orang), bandingkan dengan jumlah anak jurusan Komputer yang
jumlahnya sampai 500an orang.
Belajar di kuliah
Teknik Arsitektur tidak gampang, begadang hampir tiap minggu, padahal kan kata
bang Rhoma “begadang jangan begadang”. Tugas-tugas diluar tugas gambarpun cukup
mengganggu, misalnya kami tetap harus belajar bahasa pemrograman seperti Visual
Basic. Come on men, apa hubungannya coba Arsitek sama bahasa pemrograman. Ini
salah satu hal yang paling bull-sh*t yang saya pernah temui di kampus ini. Udah
gitu nguli Arsitek mesti punya modal juga. Modal pulpen R*tring, Pensil
mekanik, kertas gambar, dan peralatan lain yang tidak murah harganya. Saya
sendiri sering minjam atau bahkan memakai alat seadanya. Dulu saja ketika saya
beli 1 paket pulpen R*tring bekas saya mesti hunting-hunting sampai ke daerah
Jatinegara.
saya dan si maket |
Sepertinya tulisan ini
ga bakal cukup untuk menggambarkan pengalaman saya ketika nguliah (kita sebut
saja nguli, soalnya kami, para anak Arsitek, memang diwajibkan seperti kuli
dalam menyelesaiakn tugas). Ada sedikit cerita tentang kuliah komputer yang
sempat saya bahas diatas. Kuliah ini mempunya aturan baku yang berlaku disemua
kuliah yang berhubungan dengan prakter Komputer, yaitu laporan awal dan laporan
akhir. Hal yang unik adalah setiap laporan awal itu harus diketik dengan
menggunakan mesin ketik manual! Mesin ketik manual men, mesin yang udah ada ketika
jamannya Soekarno lagi nyusun naskah kemerdekaan Indonesia! Mesin yang kalau
salah ketik,mesti ditipek, kalau engga ya mesti ganti kertas. Mungkin maksud
baik dari kampus ini adalah, agar para mahasiswa belajar menggunakan mesin ketik
yang lama agar terbiasa dengan keyboard di komputer. Mungkin.
Nah disinilah timbul
ide kreatif saya, karena saya sudah kehabisan akal untuk mendapatkan uang
tambahan dengan cara lain. Jadi ceritanya saya di rumah masih punya mesin
ketik, masih bagus, masih sering dipakai mama saya untuk bikin tulisan (padahal
sudah ada komputer di rumah). Nah, jadilah saya ini seorang mediator berbayar.
Bayarannya ga besar, tapi cukuplah buat makan enak 2x. Jadi saya bertugas
mencari kunci jawaban di Gramedia atau internet dan mengetik laporan awal
anak-anak Arsitek yang malas ngerjain atau udah ga punya waktu untuk ngerjain
laporan (seakan-akan saya punya banyak waktu aja -__-“). Sampai-sampai saya
menjadi ahli sekali dalam mengetik. Tidur jam 12 pun akhirnya di jabanin,
karena harus mengerjakan tugas lain. Biasanya sih tidur jam 2 pagi.
Setelah melewati
berbagai macam mata kuliah semenjak semester 1-7 tibalah waktunya untuk memasuki
semester 8, yang artinya harus memikirkan hal besar yang bernama Tugas Akhir.
Caelah. Denger kata Tugas Akhir (TA) aja kaya denger Dave Koz mau kunjungan ke
Kelurahan saya. TA buat anak Arsitek itu mempunyai arti yang bermacam-macam,
beberapa diantaranya :
- Ada yang senang karena sebentar lagi akan selesai selesai kuliah dan akan memasuki dunia pekerjaan (nyari duit coy)
- Ada yang deg-deg ser, karena masih mikirin, “nilai gue cukup ga yah buat TA?”
- Ada yang sedih, artinya sebentar lagi akan berpisah dengan sahabat-sahabatnya
- Ada yang sudah wanti-wanti untuk mengemis uang lebih ke orangtua, karena biaya TA itu normalnya bisa mencapai 3jt-an, itu kalau maketnya mau dibikinin orang lain. Kalau mau ngerjain sendiri ya paling murah 1jt-an, seperti saya.
- Ada yang mulai bikin-bikin strategi minta bantuan orang lain selama pengerjaan TA (ya semacam MoU-nya lah, perjanjian gitu, fee-nya berapa :p )
Nah saya, pahitnya, adalah golongan
orang yang merasakan semua hal di atas. Saya pengen nyari duit juga, tapi nilai
belum mencukupi untuk ikut TA, saya sedih juga ga bisa tanding PS ama anak-anak
lagi dan duit juga menjadi masalah, maklum saya berasal dari keluarga
sederhana. Nah paling poin nomor 5 saja sebagai pengecualian, saya ga pernah
mikirin mau dibantu sama siapa.
anak-anak 2005 |
Ada beberapa hal yang menjadi
persyaratan untuk ikut TA dikuliah Teknik Arsitektur pada jaman saya kuliah :
- Lulus semua Kuliah Studio Perancangan Arsitektur dan Struktur Konstruksi (tidak boleh D) mata kuliah wajib nih.
- Lulus Penulisan Ilmiah, ini biasanya disemester 6, level kesulitannya mirip ketika mencari data buat TA. Karena harus sesuai dengan peraturan, buku, dll
- Minimal mengikuti 2 Kursus. Ada beberapa pilihan, seperti : Fotografi, GIS, ArchiCad, dll
- IP mata kuliah local minimal 2,75 (tidak boleh ada 2 nilai D ). IP mata kuliah Utama minimal 3 (tidak boleh ada nilai D dan E)
- Bebas perpustkaan. Walaupun perpustakaan tidak pernah dikunjungi.
- Dan beberapa persyaratan lagi.
Setahun kemudian, setelah
saya memenuhi semua persyaratan di atas, akhirnya saya bersama anak-anak 2005
yang lain memutuskan untuk ikut TA bersama anak-anak Arsitek angkatan 2006,
agak gimanaa gitu.
Prosesnya pengerjaan
TA itu sendiri antara lain :
Pemilihan
judul
Dari awal kami memulai
dengan mencari judul yang tepat untuk TA kami, judul yang membuat kami nanti
tidak terjebak dengan banyak masalah. Pentingnya membuat judul adalah juga
masalah effort kita nanti untuk mengerjakannya secara continue. Kan lebih
lancar lagi kalau kita memilih judul sesuai dengan cita-cita yang selama ini
sangat ingin kita bangun. Contohnya membangun stadion, buat tema-teman yang
hobby bola atau membangun Mesjid/Gereja sebagai lambang persembahan buat Tuhan
melalui TA.
Survey
lokasi
Survey yang bertempat
di Pandeglang, Banten tidak lepas dari andil salah seorang rekan kami yang
kebetulan mempunyai rumah di sana. Lalu terjadilah hal yang kurang wajar
terjadi pada saat sidang-sidang awal TA, dosennya heran kenapa banyak sekali
anak-anak TA yang mengambil Lokasi di Pandeglang. Dengan berdalih “Pandeglang
akan menjadi kota wisata yang akan banyak dikunjungi oleh turis lokal maupun
luar”, kami semua akhirnya secara ajaib lolos.
Membuat
latar belakang dan mencari data-data
Ini adalah bagian
dimana kami lebih banyak mengetik dan mencari data untuk menunjang pembangunan
proyek Maya berjudul TA ini. Modem dan buku adalah senjata alami yang perlu
dimiliki, agar mempertebal Skripsi saudara-saudara sekalian.
Proses
Desain
Pada tahap ini, mulai
timbul kejenuhan dan kebosanan. Kita ini dituntut untuk membuat desain yang
belum pernah dibuat, desain yang layak dibangun, desain yang bisa
dipertanggung-jawabkan dari segi kemasyarakatan, dan lainnya.
Pada periode ini,
AutoCad dan Aplikasi 3d mulai sering dipakai sebagai bahan untuk presentasi.
Dan selama proses desain ini, saya tidak modal apa-apa loh, minjem semua.
Laptop minjem, komputer juga minjem, modem minjem, untungnya celana dalam ga
minjem.
Sidang
Hampir semua proses di
atas juga menggunakan sidang sebagai alat untuk menguji kelayakan TA yang
bersangkutan. Di sidang kita dipertemuakn dengan dosen yang bukan dosen
pembimbing kita, istilahnya adalah “pembantaian”. Setelah sidang biasanya muka
peserta langsung kusut kaya karung goni, karena apa? Ya, karena Revisi.
Banyaknya kertas revisi terkadang kalah sama banyaknya lembar presentasi kita.
Ada banyak sekali
sidang, namun sidang yang penting adalah Sidang akhir, sidang kelayakan, dan
sidang di Kenari.
Pengerjaan
Desain akhir
Pada bagian ini, uang
memegang peranan penting. Terutama dalam pembuatan maket, karena proses
pembuatan maket ini membutuhkan waktu yang agak lama, dan membutuhkan tenaga
“professional” yang mumpuni (udah professional, mumpuni lagi), yang tak lain
dan tak bukan adalah sesama rekan mahasiswa juga, terkadang teman yang belum
nyusun TA, adik kelas, kaka kelas, pacar, dan semua pihak lain yang bisa
“diperah”. Untungnya saya cukup tangguh untuk mengerjakan TA saya dengan lebih
banyak mengerjakannya sendirian (bukannya apa-apa teman-teman saya kebanyakn
tinggal di Priok saat itu T_T).
Jika orang-orang mulai
memutuskan untuk membuat maketnya dengan cara memesan untuk menghemat waktu
agar bisa fokus bikin gambar. Beda cerita dengan saya, berhubung dana paspas-an
saya memutuskan untuk membuat maket sendiri plus ngerjain gambar. Dan anda tahu
saudara-saudara, pernah suatu malam saya mengerjakan maket sambil tidur, oke ga
tuh?
maket monochrome |
Hingga pada akhirnya
saya memegang ijazah saya sekarang, saya masih hafal dengan semua kejadian yang
mengiringi proses keluarnya saya dari Jurusan Teknik Aristektur (kebanggaan),
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (masih bangga), kampus Gunadarma
(lunglai).
Akhir kata, semuanya jangan
terlalu dianggap serius, ambil saja manfaatnya (kalau ada) namanya juga isi
hati dan isi pikiran :)
Salam perjuangan!
No comments:
Post a Comment