Sudah
hampir 2 bulan ini (Desember-Januari) kita merasakan hujan yang berkepanjangan.
Hampir di seluruh belahan Indonesia (yang pasti bukan belahan hati ya
teman-teman hee) terjadi hujan lebat yang menyebabkan banjir terjadi dimana-mana.
Sungguh
pemandangan yang aneh, bagaimana mungkin semua bencana ini terjadi hampir
bersamaan. Bencana paling parah yang terdengar di berita adalah banjir bandang
di Manado. Banjir yang menewaskan 16 orang (sejauh berita yang saya ikuti, mungkin
jumlahnya bisa bertambah jika evaluasi secara mendalam sudah dilakukan) ini,
yang sudah menjadi Bencana Nasional ini terjadi karena salah satu faktornya
yaitu : curah hujan yang lagi tinggi-tingginya. (Jadi ceritanya, di Indonesia
ini kalau sudah berubah status menjadi “Bencana Nasional” baru deh diberi
perhatian dan bantuan, padahal musibah ini terjadi 2-3 hari sebelum statusnya
berubah, dalam hal ini saya tidak menyukai respon pemerintah yang menurut saya
lamban). Titik banjir lainnya, yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi
juga menerpa daerah Padang, Semarang, Indramayu, Jalur Pantura, dan daerah
lainnya. Oh iya, saya hampir lupa, daerah Jakarta (tentu saja), daerah
fenomenal yang menjabat status sebagai Ibukota Indonesia, yang beritanya selalu
dilebih-lebihkan oleh media.
Nah
kita persempit lagi cakupan wilayahnya, daerah Kab. Bogor. Kenapa waliyah
Bogor? Karena penulis tinggal di sana, jadi semacam curahan hati warga sekitar
:D
(sumber : id.wikipedia.org)
Kab.
Bogor tidaklah sama dengan Bogor, perbedaannya adalah Kab. Bogor berbentuk
Kabupaten (beribukota Cibinong), sedangkan Bogor berbentuk Kota. Kabupaten
Bogor mencakup, Cibinong, Citeureup, Gunung Putri, Keranggan, dan lainnya. Seperti
kita tahu, daerah Kab. Bogor dan sekitarnya sudah akrab dengan sebutan “kota
hujan”, dikarenakan kuantitas curah hujannya yang sangat tinggi. Hampir tidak bisa
dibedakan mana musim hujan, mana musim dingin dan mana musim kawin (loh?? :D ).
Tapi memang
iklim di Indonesia, terutama Kab. Bogor, saat ini sudah tidak dapat diprediksikan
lagi. Tadinya musim hujan yang dimulai pada bulan Agustus, sekarang sudah mulai
bergeser ke pertengahan November. Akibatnya musim hujan yang seharusnya selesai
pada bulan Februari, ada kemungkinan untuk semakin panjang dan selesai pada
bulan Juli/pertengahan tahun.
Fenomena
perubahan iklim ini pastinya kita sama-sama tahu diakibatkan oleh ekosistem
kita yang memang semakin lama semakin parah. Alam memang tidak bisa dibohongi. Apa
yang terjadi sekarang adalah akibat dari apa yang kita lakukan sebelum-sebelumnya
pada alam.
Beberapa
penyebabnya antara lain : Pohon yang ditebang-tebangin, mestinya kan koruptor Indonesia
yang dikampak-kampakin; sampah yang dibuang-buangin sembarangan, mestinya kita
sadar bahwa sampah itu juga mepunyai tempatnya sendiri (bayangkan anda sedang
kuliah tentang mesin, salah ga kalau anda ditempatkan di kelas tata boga?); warga
Indonesia belum atau tidak pernah berpikiran tentang “bersahabat dengan alam”. Metode
go green adalah jawabannya. Mungkin tentang go green bisa kita search di google
untuk melihat cara-caranya. Sudah banyak yang membuat tulisan/inovasi tentang
go green tersebut.
Dengan
berbagai macam hal diatas, membuat kita tidak siap untuk “dikeroyok” oleh hujan.
Beberapa hal berikut adalah akibatnya :
- Genangan air.
Memang benar, daerah Kab. Bogor sepertinya mustahil lah untuk terkena musibah banjir, karena memang lokasinya yang lebih tinggi dari Jakarta. Logikanya air akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah (Jakarta). Nah, kalau daerah sini aja banjir, apalagi Jakarta? Bakal tenggelam kapten!!
Tapi kondisi itu tidak menutup kemungkinan terjadinya genangan air di Jalan-jalan protokol, karena tidak baiknya distribusi air menuju sungai, yaitu saluran air. Kondisi got/roil kota yang tidak dalam dan hampir sama dengan jalanan, membuat air begitu cepat menutupi permukaan jalan ketika hujan besar tiba. Memang tidak sampai beberapa lama setelah hujan tersebut reda, jalanan hanya 2 jam-an terendam banjir, tapi sudah cukup untuk membuat motor-motor yang melintas mati ketika melintasi daerah genangan air tersebut. Juga menyebabkan motor tak bisa melihat lobang yang menganga di jalan tersebut karena ketutupan genangan air berwarna kuning, akibatnya motor bisa nyungsep dan beresiko jatuh dari motor, sangat berbahaya.
Seperti gambar dari Jl. Mayor Oking dibawah ini :
(sumber gambar : http://wartakota.tribunnews.com/2013/10/21/jalan-mayor-oking-cibinong-rusak-parah ) - Jalanan rusak
Akibat genanga air tadi, yang cuma 2 jam (tapi bisa sampai 20 kali dalam sebulan terkena genangan air hujan), jalanan Kab. Bogor yang rata-rata masih memakai aspal sangat parah. Jalanan berlubang dimana-mana. Aspal sangat menyukai matahari. Selalu terkena matahari akan membuat aspal semakin kuat. Nah kebalikannya air adalah musuh terbesar aspal, aspal akan semakin cepat hancur jika frekuaensi terkena genangan air-nya semakin sering. Hal yang menyebabkan aspal rusak sebenarnya bukan cuma air hujan saja, tapi juga volume kendaraan yang melintas (truk, container, crane, dll) dan kualitas dari aspal-nya juga (factor pembangunan jalannya, yahh kita sama-sama tahu lah, mungkin kontraktornya bermain-main dengan campuran aspalnya :( )Contohnya, jalan raya Citeureup (di depan Pabrik Semen Tiga Roda) :
(sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCNbZPzAdVWhPJWeBQ9JqkkwM456bfxQJ3Ck_Ztl8LZIZLwWD-4JmeU7oHjo98CAbQIO97RHMxzwHCuHLeJ1l_aq4n0A-rU8O0C3vGh2JmgGkKHfXE0ke5JBNWWlPf4HNtW1voNsu4kMSX/s1600/jl.+raya+bogor.jpg) - Sampah yang semakin tidak terurus
Ketika genangan air sudah surut, melihat tumpukan sampah bukanlah hal yang sulit untuk ditemui. Sampah terlihat ada dimana-mana.
Sampah menjadi musuh besar Dinas Kebersihan hujan, karena hujan menghambat pekerjaan mereka. Bekerja ketika hujan sedang lebat juga adalah hal yang tidak kondusif untuk dilakukan. Karena air yang keluar melalui bak sampah mereka akan sangat mengganggu rumah-rumah penduduk yang mereka lewati. Hujan di daerah Kab. Bogor bisa sampai 3 hari 3 malam loh.
Belum lagi jika kita membicarakan tentang Tempat Penampungan Akhir Sampah yang berada di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang. Air yang melintasi daerah TPA tersebut akan sangat tidak baik untuk masyarakat sekitar TPA tersebut. Huff, repot dah. - Industri cuci motor melempem
Bagian yang ini sedikit unik, dikarenakan hujan yang terus-terusan turun, membuat orang menjadi malas untuk membersihkan kendaraannya sendiri. Alias malas cuci-steam. Dalam hati mereka bergumam : “ah buat apa bersihin mobil, ntar sore juga kotor-kotor lagi”
Paradigma ini bisa membuat industri cuci motor yang lagi nge-trend di Kab. Bogor menjadi terhambat.
Setidaknya sampai musim penghujan ini selesai :D - Menjadi malas.
Ah kalau bagian ini sih jangan dianggap serius :D tapi memang benar sih adanya cuaca yang dingin membuat aura untuk bekerja menjadi sedikit menurun dibandingkan dengan cuaca yang hangat. Atau ini hanya saya saja yang mengalami? :p
Masih
banyak sih, nomor 6,7,8, dst tapi terlalu banyak menuliskan hal yang buruk
membuat kita jadi lupa untuk selalu bersyukur atas segala situasi yang Sang
Pencipta berikan.
Semangat
Senin!!
No comments:
Post a Comment