Saya tidak terlalu suka tim yang dominan. Walau pernah ada yang berpesan pada saya : "ingat, menjadi hebat dan konsisten di level atas itu bukan hal mudah loh, itu butuh perjuangan keras, karena lebih sulit mempertahankan daripada merebut". Itu ada benarnya dan saya setuju dengan itu, tapi ada hal yang mungkin terlewat dan dapat disimpulkan menjadi 1 pertanyaan : "bagaimana cara mereka merebut kesuksesan?"
Nah hal inilah yang sering dilupakan oleh banyak pihak. Jaman sekarang. kebanyakan tim besar merebut kesuksesan dengan cara instan : membeli. Yap, jaman sekarang hampir semua bisa dibeli, hal yang paling simpel saja: membeli pemain. Sekarang mereka membeli pemain dengan harga yang tidak wajar dan tidak terkontrol. Saya sangat tidak suka dengan cara ini, walau cara ini sangatlah lumrah dalam sepakbola tapi menurut hemat saya, adalah sangat bijak jika kita membangkitkan kembali semangat sepakbola. Bekerja keras dan pada dasarnya semua hal menuju sukses pasti disertai dengan proses.
Pada dasarnya bermain sepakbola adalah untuk kebahagiaan. Passion for win. Kesuksesan sebuah tim sepakbola akan lebih dihargai lagi jika kesuksesan tersebut direbut dengan kerja keras, kesabaran dan perjuangan. But now? Football is commercial. Play for money and passion to get more money. Tim yang memakai metode itu? Tidak usah saya sebutkan. Di masa depan, kemungkinan semua tim yang "tiba-tiba kaya" akan memakai metode instan untuk juara ini. Lihat saja tim yang ada di 2 besar klasemen hampir semua liga di Eropa, rata-rata tidak ada yang fair dalam transfer.
Ada beberapa tim yang menurut saya bagus dalam hal membangun tim. Saya salut dengan Juventus yang bisa bangun timnya dengan baik, membeli pemain yang dibutuhkan dan bisa juara 2 kali berturut-turut; salut dengan Dortmund yang berani mempromosikan pemain mudanya, tapi tetap bisa meraih juara; Napoli juga bagus dengan sebisa mungkin melindungi pemain bintangnya dan tidak tergoda akan uang (Cavani dijual karena klausul buy-out nya ditebus oleh PSG, tidak ada yang bisa melarang, terkecuali pemain tersebut tidak tertarik untuk pindah).
Sedangkan tim-tim besar yang lain? Sepertinya alergi dengan kata-kata : sabar melatih tim muda, sabar untuk tidak memecat pelatih yang baru masuk, sabar untuk melihat potensi pemain yang belum keluar karena belum klik karena si pemain baru masuk. Ya, sabar, sabar, dan sabar; sekarang seperti sudah tidak ada lagi tempat untuk kata "sabar" pada prinsip mereka. Semua orang ingin instan, semua orang ingin instan untuk juara, semua orang ingin instan untuk kaya.
Akibatnya apa?
- Sekarang harga pemain sudah tidak ada lagi yang masuk akal, logikanya seperti ini : jika kualitas si A sama dengan si B, kenapa harga si A lebih mahal dari si B?, semua tim pasti jadi berpikir seperti itu. Akhirnya tim semenjana pasti tidak bisa bersaing dengan Tim besar jika ingin menggandeng pemain yang diinginkan.
- Standar penggajian pemain yang kacau balau, di City gaji pemain bisa mencapai 250rb pounds/pekan! sedangkan di Hull City mungkin hanya 20rb pounds/pekan. Secara tidak langsung telah terjadi kesenjangan.
- Tim kecil yang semakin melemah, karena jatah hak siar di-monopoli oleh tim besar dan tidak dibagi dengan rata karena alasan kualitas tim.
- Perputaran uang dan pemain hanya berada dikalangan tim besar yang membuat tim lain tidak punya peluang untuk masuk dan bersaing menjadi juara
- Dan lainnya
Football for Life.
No comments:
Post a Comment