Thursday, February 28, 2013

Musik dan Hidupku

Music 
Ada pendapat dari Suka Hardjana yang sangat saya suka, tentang musik, yaitu : “musik mempunyai kekuatan pengaruh sugesti tersembunyi yang tak terelakkan. Bunyi itu penetratif dan sugestinya merembus ke seluruh spektrum kesadaran—dalam gelap maupun terang—bak benda cair merembes ke ranah dataran benda padat. Ia tak terelakkan (unverhindem), bahkan juga untuk mereka yang tuli dan hilang ingatan sekalipun”, itu benar adanya guys.
Sekilas kita bahas sedikit tentang pengertian musik, tidak ada salahnya kita nambah-namnah pengetahuan kita, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602) Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Dan menurut beberapa ahli, musik itu :

  • adalah melodi yang syairnya adalah alam semesta (Arthur Schopenhauer, Filsuf asal Jerman) 
  • adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan (R.M.A.P. Suhastjarja, senior Fakultas Kesenian, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta) 
  • adalah ciri khusus spesies manusia karena musik merupakan aspek perilaku manusia yang ada di mana – mana (John A.R. Blacking, ethnomusicologist dan social anthropologist asal Inggris)
waw, begitu unik ya pendapat para tokoh-tokoh itu mengenai musik. Saya sendiri tertegun, ternyata musik tidak sesimpel yang kita kira, bukan hanya alunan suara dan harmonisasi yang lewat begitu saja melalui kuping, tapi banyak aspek yang membuat musik lahir sehingga muncul musik seperti yang kita dengar saat ini, belum lagi kekuatan lirik yang mampu membuat orang tertegun untuk memperhatikan apa yang pembuat lagu ingin sampaikan. Coba apa yang anda pikirkan ketika mendengar lagu dari The Beatles “imagine” yang di buat John Lennon? Potongan lirik awalnya “Imagine there's no heaven”, wiih, banyak sekali pesan sosial yang ingin di sampaikan beliau disana.

Music’s Growth
Musik mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam kehidupan manusia akhir-akhir ini, terutama di Indonesia. Sekarang kita sudah bisa menyaksikan musisi kesayangan kita hampir setiap hari Musik yang tadinya sekedar hiburan, makin lama semakin berkembang dan berubah menjadi sebuah industri. Musik juga sudah menjadi sebuah gaya hidup. Semakin banyak yang menggantungkan hidupnya pada musik dan membuat musik menjadi first priority dan jujur saya sendiri sempat berpikir ingin ikutan berkecimpung dalam musik namun akhirnya memilih untuk sekedar mencintai saja sampai saat ini.
Saya sangat suka belajar sejarah, karena itu  saya ingin berbagi sedikit tentang sejarah musik, gapapa ya mirip-mirip anak sekolahan,hehe.
Pada awalnya, musik digunakan dalam peribadahan, namun pada zaman pertengahan (476 sampai 1500-an), dikarenakan adanya penemuan-penemuan dalam segala bidang akhirnya berpengaruh juga ke dalam ranah musik, musik akhirnya juga di peruntukkan untuk urusan duniawi, sebagai sarana hiburan. Musik berkembang di eropa barat.
Setelah itu muncul era Renaisance (1500 sampai 1600), Musik dipelajari dengan cirri-ciri khusus, contoh nyanyian percintaan, nyanyian keperwiraan. Sebaliknya musik Gereja mengalami kemunduran. Pada zaman ini alat musik Piano dan Organ sudah dikenal, sehingga munculah musik Instrumental. Di kota Florence berkembang seni Opera. Opera adalah sandiwara dengan iringan musik disertai oleh para penyanyinya.
Yang ketiga era Barok dan Rokoko (sampai 1750an), Kemajuan musik pada zaman pertengahan ditandai dengan munculnya aliran-aliran musik baru, diantaranya adalah aliran Barok dan Rokoko. Kedua aliran ini hamper sama sifatnya, yaitu adanya pemakaian Ornamentik (Hiasan Musik). Perbedaannya adalah bahwa musik Barok memakai Ornamentik yang diserahkan pada Improvisasi spontan oleh pemain, sedangkan pada musik Rokoko semua hiasan Ornamentik dicatat.
Era yang keempat adalah Zaman Klasik (1750 – 1820), Sejarah musik klasik dimukai pada   tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok dan Rokoko. Pada zaman ini muncul penggunaan Dinamika (dari Keras menjadi Lembut, Crassendo dan Decrasscendo), perubahan tempo (accelerando (semakin Cepat) dan Ritarteando (semakin lembut)). Pemakaian Ornamentik dibatasi    dan munculnya Penggunaan Accord 3 nada.
Era yang kelima adalah Zaman Romantik (1820 – 1900), Musik romantic sangat mementingkan perasaan yang subyaktif. Musik bukan saja dipergunakan untuk mencapai keindahan nada-nada, akan tetapi digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Oleh karena itu, dinamika dan tempo banyak dipakai. Ada yang saya suka pada zaman ini yaitu lahirnya musisi, yang membuat saya terbengong-bengong, Ludwig Von Beethoven (1770 – 1827), keunikan dia adalah dia bisa membuat lagu dalam keadaan tuli. Pada waktu ciptaannya Ninth Symphonies lahir, dan ia tidak mampu lagi mendengarkan hasil karyanya itu. Waw!.
Yang terakhir adalah Zaman Modern (1900 – sekarang), Musik pada Zaman ini tidak mengakui adanay hukum-hukum dan peraturan-peraturan, karena kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, misalnya penemuan dibidang teknik seperti Film, Radio, dan Televisi. Pada masa ini orang ingin mengungkapkan sesuatu dengan bebas.

Music in Christian’s life
Tidak hanya di dunia secara keseluruhan tapi di dalam kehidupan Kristen, musik gereja juga  mengalami perkembangan yang signifikan. Di dalam gereja, musik mempunya peranan yang sangat penting, bayangkan kata “musik” diulang sampai 575 kali, dan ada 44 kitab yang beracuan dengan musik. Kitab mazmur terdiri dari 150 pasal yang berisikan tentang musik atau nyanyian. Dan semenjak kedatangan Tuhan Yesus kedunia ini musik tidak lagi diperuntukkan untuk ibadah, tapi juga untuk pribadi lepas pribadi (Saat teduh untuk perorangan, kelompok kecil dan lainnya)
Berbarengan dengan dengan sejarah musik dunia, sejarah musik gerejawi pun mengalami pertumbuhan dengan rentang waktu yang berdekatan, karena jenis musik populer yang kita dengar sekarang memang awal mulanya berasal dari musik yang berasal dari tempat ibadah, kuil, dsb. Menurut penelitian awal mulanya berasal dari Yunani dan Mesir melalui patung-patung instrumen musik dan peninggalan sejarah lainnya, dan bukti secara alkitabiah, itu terdapat pada teks Keluaran 19 : 16-19, Yosua 6 : 8-9, hakim-hakim 5. 
Pertumbuhan musik gereja dimulai dari kejatuhan Kerajaan Romawi pada tahun 476 yang adalah awalnya. Sudah mulai muncul nyanyian yang di nyanyian oleh 2 orang atau lebih secara bersamaan (koor), penggunaan instrument polifonik untuk mengiringi nyanyian, dsb. Lalu puncaknya ditandai dengan lahirnya tokoh agama Kristen pada abad 15 dan 16 Marthin Luther, John Calvin, dsb.
Ada masa kelam gereja yang berpengaruh juga otomatis ke musik gereja, yaitu pada abad 17. Pada masa ini, kaum puritan dari Inggris menentang sistem ibadah John Calvin, mereka melarang peribadahan menggunakan Organ, paduan suara, menghancurkan perpustakaan kuno,dll. Lalu setelah itu perkembangan musik gereja di abad 18 dan 19 sangat hebat, melahirkan bentuk lain dari musik gereja yaitu oratorio, muncul komposer-komposer kenamaan seperti J. Sebastian Bach (dengan karyanya : Passion Music), George F. Handel (The Messiah), Franz J. Haydn (The Creation), Felix Mendelssohn (the Ellijah), dan banyak komposer lainnya.
Ada yang unik di abad ke 19 yang sangat berbeda dari jenis musik yang saya sebutkan di atas, yang lebih klasik, yaitu munculnya lagu-lagu injil (gospel song) di Amerika. D.L. Moody dan Iran Sankey berpengaruh dalam mengenalkan jenis musik ini. Jenis musik ini beraliran blues.
Itu sedikit tentang sejarah musik gereja secara global (dunia), di dalam negeri sendiri (indonesia) pertumbuhannya dimulai oleh invasi Eropa dan Amerika,  yang mengenalkan musik melalui pengabaran injil tapi disertai juga oleh penjajahan,yaitu Belanda dan Portugis. Namun ada pula yang murni untuk hanya untuk mengenalkan Kristen seperti Nommensen dari Jerman atau Munson dan Lyman dari Amerika.
Di tanah Batak sendiri, Ludwig Ingwer Nommensen yang beraliran Lutheran, mengadopsi lagu gereja yang populer di tanah Eropa, untuk di pakai dalam pekabaran Injilnya dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Batak. Unik sekali memang, di tengah kondisi kehidupan suku batak yang masih terbelakang, tapi lagu-lagunya sudah modern dan mengikuti perkembangan orang Eropa saat itu. Kita orang Batak boleh bangga akan hal itu. Betapa beruntungnya kita! Ada seorang musisi gereja (saya lupa namanya) bilang : ini (dengan mengacungkan Buku Ende) adalah harta dan warisan musik dunia yang tidak ternilai harganya.
Di Gereja Konvensional seperti HKBP hampir 60% lebih ibadah menggunakan musik sebagai penuntunnya. Sekarang saja ada 7 lagu yang dinyanyikan tiap Ibadah, belum termasuk Paduan Suara, belum banyak yang berubah dari model peribadahan di HKBP.
Akhir-akhir ini musik gereja secara umum banyak di pengaruhi oleh aliran pop, bahkan sudah ada sedikit unsur rock yang di masukkan. Gereja-gereja sekarang kebanyakan sudah banyak merubah metode peribadahan yang berimbas pada jenis musiknya juga berubah, tidak lagi konvensional. Tapi kita harus hati-hati dan selalu berhikmat dalam membuat atau mengikuti sebuah perubahan. Ada yang harus dipertahankan dari jenis musik klasik yang selama ini kita dengar di HKBP, tapi kita juga tidak boleh menutup mata untuk sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti membawa kendaraan, kita harus melihat spion untuk “kebelakang”, memperhatikan “kiri-kanan” dan selalu memperhatikan ke “depan” yang menjadi tujuan kita yaitu : memuliakan nama Tuhan!!

Jazz for life
Saat ini entah kenapa setiap mendengar musik saya langsung merasakan ketertarikan yang sangat besar bawaannya pengen konsen dengar, apalagi kalo dengar jazz :). saya mempunyai sedikit kisah yang membuat saya pada akhirnya bisa suka, kagum, cinta, dan akhirnya pengen berkreasi di musik.  
Waktu saya kecil sampai SMP awal, saya tidak pernah benar-benar suka dengan musik,  lebih tepatnya tidak pernah memperhatikan hal yang berhubungan dengan musik. Saya lebih suka main-main kelayapan layaknya anak bocah seumuran saya, menangkap ikan, sampai akhirnya masuk SMA dan bertemu dengan 2 teman SMA yang lumayan gila musik. Ikut-ikutan, hingga akhirnya kecanduan dengerin musik, ngulik gitar, latihan band. Awalnya saya suka musik Rock/ Metal, karena jenis musik yang lagi tenar pada masa itu ya jenis musik seperti itu. Sampai kelas 2 SMA saya masih sering maen di studio dan beberapa kali manggung di festival. Lalu pas kelas 3 SMA ikut orangtua yang notabene pendeta pindah ke Jakarta. Di Jakarta, Semper tepatnya, saya lalu dikenalkan dengan cara memainkan musik rohani, awalnya saya bingung dan hampir ga bisa ngikutin. Karena memang jika dibandingkan antara musik Metal/Rock dengan musik rohani yang lebih Hymne/Gospel/Pop memang sangat berbeda.
Di semper saya terlibat dalam pelayanan Remaja HKBP dan mulai merasakan kegunaan musik yang sesungguhnya, Bukan cuma buat muas-muasin nafsu maen gitar yang hanya menonjolkan skill (walaupun saya sebenernya belum punya skill  gimana-gimana, haha), tapi musik yang saya kenal di Semper adalah, musik untuk memuji Tuhan, terlebih permainan musik di semper itu berguna sebagai alat untuk memimpin ibadah, padus, vokal grup dan lainnya.
Saya pun mulai ikut di pelayanan musik HKBP Semper, saya belajar Saxophone secara otodidak dengan seorang pemusik senior HKBP Semper. Kami banyak berlatih bersama sehingga akhirnya terjun langsung ke Ibadah. Saya masih ingat pertama kali tampil, bawaannya deg-degan setiap akan berdiri untuk niup Saxophone, dan kalau salah, bisikan-bisikan yang kurang enak akan terlihat dan terdengar secara jelas dari jemaat yang membuat lutut lemas dan pengen berhenti maen musik. Tapi pada akhirnya saya baru sadar, itu semua adalah ujian yang mesti dilewati sebagai pelayan Tuhan. Mental jelas-jelas diuji dan di tempa pada waktu itu, saya selalu senyum-senyum kalau ingat itu.
Lambat laun selera saya pada musik pun berubah, ada 3 hal yang mempengaruhi. Pertama,  musik metal yang maennya cepat dan butuh fingering yang kuat; kedua,  musik gereja yang sangat mementingkan konstanitas, percaya diri, hafal;  dan ketiga saxophone. Saya baru sadar pas niup Saxophone, suaranya itu sangat khas dan setelah banyak dengar dan banyak memperhatikan musik, suaranya itu ternyata lebih pas kalo diiringi musik Jazz.
Saat ini musik Jazz dan Saxophone mempunyai ruang yang sangat besar di hidup saya, ada keinginan untuk ikut membantu perkembangan musik yang selama ini kita dengar, terutama dalam lingkungan musik gereja, ke arah yang lebih baik. Ingin sekali memasukkan unsur Jazz dan nuansanya kedalam style musiknya. Mungkin terdengar arogan, namun sebenarnya itu akan menjadi hal yang sangat menarik karena nantinya musik gereja akan menjadi variatif, ada banyak pilihan. Yang selama ini sudah ada, seperti style musik klasik (organ, piano, dll), pop (gitar, drum, dll), tradisional (gondang, sarune, dll) pasti akan lebih menarik jika ada pilihan untuk style musik gospel yang lebih blues (blues sepertinya tidak mempunyai alat musik yang khas, namun jenis ini sangat kaya akan irama dan tangga nada), dan irama jazz (saxophone, flute, dll) yang lebih kompleks.
Saya punya moto (pernah saya jadikan juga sebagai password akademis :p) : “jazz for life”, terdengar seperti orang yang ga punya keyakinan yah ? harusnya kan Jesus for life, hehe. tapi saya  punya maksud tersendiri kenapa bikin moto begitu, ya karena memang sepanjang hidup saya, bakal ga jauh-jauh dari musik ini. banyak yang mengira musik jazz itu adalah musik orang elit, dan cuma bisa dinikmati oleh golongan-golongan tertentu, tapi tau ga, awalnya musik jazz itu lahir justru dari kaum-kaum buruh dan pekerja di Amerika yang mempunyai waktu luang (iseng-iseng) mengumandangkan perubahan ditengah-tengah perbudakan yang mereka alami.
Sulit memang dalam mencerna musik ini, bahkan untuk beberapa lagu, saya sangat sulit untuk menikmatinya karena bervariasinya tangga nada yang digunakan oleh penyanyii/pemusiknya. Dalam hal memainkannya, sampai saat ini, saya masih lebih banyak sebagai penikmat musik itu sendiri, untuk memainkannya langsung saya masih harus banyak belajar. Belajar fingering,belajar temponya yang  turun naik, belajar menikmati bassnya yang jalan trus, belajar memahami gitar yang cuma sekilas sebagai filler, belajar tangga nada dasar jazz, dan yang paling penting bagaimana cara memasukkan unsur musik tiup (terutama saxophone) ke dalam lagu.
Terhampar luas waktu dan tempat yang Tuhan sediakan di hari depan untuk belajar dan terus mengasah kemampuan. Dan satu hal yang tidak akan lupa saya lakukan di sepanjang hidup saya adalah, semampu saya bisa,  "SAYA AKAN SELALU BERMUSIK UNTUK TUHAN', terlepas dari semua impian, cita-cita dan harapan saya di dalam dunia musik.
Inilah musikku. musikmu? :)
Red : Dari berbagai sumber (terima kasih om gugel J), untuk sejarah musik gereja saya kutip dari buku Kenneth W. Obsek, The Ministry of Music, 1971. Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment