Tuesday, July 23, 2013

Langit pun Berkabung


Tulang Boris
Pada pagi hari ini, Senin, 22 Juli 2013, hari ke 4 setelah Tulang Boris-ku (Jan Piter Tambun) pergi meninggalkan kami saudara-saudaranya dengan meninggalkan banyak pertanyaan. Kenapa pergi secepat itu? Kenapa tidak memberikan tanda-tanda melalui sakit penyakit? Kenapa tidak ada pesan yang ditinggalkan? dll. 

Hujan tidak ada hentinya turun sejak kami mengantarkan jenasah beliau ke TPU Pondok Rajeg, Bogor, pada Minggu, kira-kira pukul 2 Siang. Pagi ini gerimis dan hujan masih tetap turun dengan kuantitas yang berubah-ubah. Seakan-akan alam juga turut sedih akan kepergian Tulang kesayangan kami ini.
Aku terlalu bodoh tidak mengambil foto-foto untuk mengabadikan momen proses kepergian beliau mulai dari RS, diadatkan, diantar ke TPU, sampai akhirnya kami bisa tidur sejenak tadi malam. Memang sih, ada foto-foto dari juru foto dan video yang bertugas kemarin, tapi itu belumlah menunjukkan bagaimana kejadian sebenarnya di kediaman Tulang Boris yang beralamatkan, Perum Visar Indah Pratama Blok V1 No. 21, Cibinong, Bogor. Tulang Boris ini sangat dihormati, disayangi, dan sangat dibutuhkan oleh semua orang yang pernah berinteraksi dengan dia.
Siapa sih Jan Piter Tambun?
Dia adalah anak ke-2 dari kakek kami Ompung Tongkat (marga Tambun/ br. Butar-butar).
Dia mempunyai 1 abang (Tulang Santa/ br. Butar-butar), 3 adik laki-laki (Tulang Crespo/ br. Sitorus, Tulang Putri/ br. Sitorus (Nantulang ini berasal dari Jawa dan sudah diadatkan menjadi orang Batak), Tulang Nada/ br. Siahaan), dan 3 adik (Ibu saya (Limbong/ br. Tambun), Nanguda Angga (Uda Siagian/ br. Tambun), dan Nanguda Ana (Uda Gabe Manik (berasal dai Jawa, marganya belum fix, hehe) / br. Tambun)).

Tulang with bro n sis (new)
Tulang with bro n sis (old)
Tulang Boris kami ini mengambil boru Aritonang, sebagai istrinya yang berasal dari Tebing. Mempunyai 5 orang anak, yatu : Jonathan Borisman Tambun, Jason Bosman Tambun, Julius Bintang Tambun, Joel Bernando Tambun, dan Joey Berliana br. Tambun. Uniknya dari nama anak2nya ini adalah semua mereka mempunyai awalan nama depan dan belakang yang sama, yaitu : “JB” kalau tidak salah, “J” itu awalan nama Tulang dan “B” itu awalan nama Nantulang.
Tulang with fams
Ketika Tulang Boris terakhir kali bekerja, dia menjabat sebagai General Manager PT. Cemani Toka, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang Cat yang berlokasi di Cibinong dan sudah mempunyai banyak klien di seluruh Indonesia. Perusahaan ini adalah tempat dimana Tulang Boris bekerja pertama dan terakhir kali dengan status pekerja tetap. Sebelumnya tulang sempat kerja serabutan selama mengadu nasib di Jakarta pada awal-awal kedatangannya. Sempat menjadi seorang Tukang Tambal ban, sempat menjadi Kondektur (kenek), sempat menjadi guru les, sampai akhirnya mempunya pekerjaan tetap di PT. Cemani Toka. Kerja keras dan kesetiaannya membuat tulang diangkat menjadi GM awal tahun lalu. 

Tulang with partner
Tulang Boris terdaftar sebagai jemaat HKBP Cibinong, dia termasuk aktif dan terhitung sebagai pelopor di gereja tersebut. Dia sampai saat ini masih menjabat sebagai Ketua Koor Ama Haleluya. Dia juga adalah seorang jawara permainan Catur. Di gereja ini, tulang beberapa kali menyabet penghargaan sebagai juara catur jika ada event yang diadakan oleh gereja.
Tulang Boris di perkumpulan marga Tambun adalah seorang yang sangat menonjol. Dia tetap bisa membagi waktunya untuk tetap berpartisipasi sebagai anggota BPI. Terakhir kali saya tahu, tulang adalah Sekretaris Perkumpulan Pomparan Tambun Mataniari. Saya kurang tahu untuk perkumpulan Silahisabungan (perkumpulan marga Tambun dan saudara-saudaranya, seperti marga Silalahi, Sinurat, dll), yang saya dengar, dia juga mempunyai kedudukan yang penting. 

Tulang with punguan Tambun
Tulang with punguan Tambun
Tulang Boris di tengah-tengah dongan sahuta (artinya, teman sekampung atau mungkin lebih enak disebut warga sekomplek) juga mempunyai kedudukan yang penting. Dia adalah ketua dongan sahuta se-Visar (yang bermarga Batak tentunya).
Lebih sempit lagi, ditengah-tengah keluarga besar kami, punguan Tambun Patubosi, Tulang Boris adalah orang yang biasanya mengatur dan mempersiapkan jalannya acara atau sebuah kegiatan punguan kami.
Disekitar adik-adiknya, keberadaan Tulang Boris tidak perlu dipertanyakan lagi. Tulang membantu secara materi dan secara moral kepada adik-adinya untuk membangun usaha mereka masing.  
Tulang with Mom n Dad
Di tengah-tengah keluarga saya sendiri, keluarga Limbong, sungguh sudah banyak berhutang akan kebaikan Tulang Boris. Tak terhitung lagi. Ketika kami dulu masih ada di luar Jakarta, dia adalah orang selalu menjamu bapak, ketika bapak sedang ada Rapat Pendeta di Jakarta. Tulang Boris dulu , kata mama, suka membelikan buku-buku Theologia untuk bapak sebagai alat untuk mendalami ilmu ke-pendeta-an. Dalam mempersiapkan rumah kami yang di Cibinong pun, Tulang Boris selalu menyempatkan waktu untuk membantu menyiapkan hal yang perlu disiapkan, pengurusan berkas rumah, ember untuk bak mandi, cat untuk meja, dll.
Luar Biasa!!
Hanya itu kata yang pantas untuk mengapresiasi setiap laku Tulang Boris selama ada di dunia.

Lalu datanglah hari Jumat, 21 Juli 2013
Pada malam itu, aku sedang asyik bermain game, menunggu jam untuk bermain futsal bersama teman. Tanpa tau bahwa malam ini adalah salah satu malam paling mengerikan sepanjang hidup saya. Pada pukul 9 lewat, tetangga saya, nantulang Manalu, mengetuk pintu rumah dan memberi kabar yang bikin penasaran dan gelisah. Nantulang itu tidak memberitahukan apa yang terjadi, karena dia juga mungkin masih belum yakin akan apa yang sebenarnya didengarnya. Dengan hanya memakai kaus dalam dan celana jeans, saya berlari kecil untuk mengunjungi rumah yang cuma berbeda 1 blok dari rumah kami itu. Sesampainya disana, hati saya langsung panas dan otak saya tiba2 kosong. Saya tidak ingin tahu apa yang terjadi. Lalu dengan memberanikan diri saya bertanya kepada Bosman apa yang terjadi. Bosman mengatakan : “Bapak sudah lewat”. Kepala saya tiba-tiba seperti tertembak, badan saya terasa sangat berat, dan kaki saya seperti tidak punya tenaga untuk bisa menahan berat 70 kg ini. Saya bengong. Dan bertanya-tanya pada diri sendiri “ini mimpi kan??” setelah beberapa lama, saya lalu tersadar jika saya terus begitu maka perilaku itu akan membuat sedih adek-adek yang lain. Saya pun menanyakan lagi : “gimana sih bos? Benar-benar ga bisa diapa-apain lagi?”. Bosman menjawab : (dengan mulut bergetar) “ga bang. Barusan aku ditelpon mama. Udah ga bisa lagi”. Pandangan saya kosong dan berputar-putar ingin melakukan sesuatu, tapi tidak tahu mau melakukan apa. Sempat terduduk, lalu berdiri lagi. Tak berapa lama kemudian, saya dan Boris disuruh membawa jas dan baju Tulang Boris ke Rumah Sakit Sentra Medika. Dengan berlinang air mata saya membonceng Boris dengan motor butut saya. Rasa dingin yang menusuk kulit seperti membantu saya untuk bisa merasakan sakitnya hati saya membayangkan, bahwa 2 minggu lalu, kami masih tertawa bersama di lantai sambil bermain kartu Remi.
Sesampainya di RS, saya melihat Nantulang berteriak-teriak, saya semakin menyadari bahwa ini semua adalah kenyataan, bahwa Tulang Boris harus pergi meninggalkan kami di umur yang ke-54.

Lalu waktu berjalan dengan sangat cepat. Saya melihat proses memandikan jenazah, pengiriman jenazah ke rumah Tulang Boris dari Rumah Duka, proses acara pemberkatan Tulang ke alam yang berbeda secara adat dan secara Gereja, sampai proses penguburan.
Ketika saya tidur di hari ke-2 setelah kepergiannya, saya terbangun dari tidur dan merasa kalau semua  ini adalah mimpi. Tapi kenyataan membuat saya sadar bahwa kejadian yang mengerikan ini memang benar-benar kenyataan.

Sekarang bagaimana nasib kami Tulang?? Mungkin setiap kelebihan Tulang Boris selama ini membuat kami terlena dan kadang terbuai, betapa enaknya hidup kami ini dengan adanya engkau  ditengah-tengah keluarga kami. Membuat kami tidak terpacu untuk melebihi, bahkan untuk sekedar menyamai apa yang sudah engkau lakukan.
Tulang with Tambun old
Tuhan sedang mengajari keluarga kami, bagaimana keluarga kami ini tidak boleh ketergantungan lagi dengan Tulang kesayangan kami ini, dan belajar untuk berdiri dengan kaki kami sendiri.

Untuk Boris, Bosman, Bintang, kalian adalah bibit asli dari Tulang, kalian adalah generasi terdekat untuk bisa segera menggantikan posisi bapak. Kalian mempunyai pikiran brilian yang saya pribadi  mengakui itu. Kalian harus memanfaatkannya. Kalian pernah bilang kalau kalian itu adalah Tambun bersaudara yang diajar oleh bapak untuk saling bersaing menjadi yang terbaik. Mudah-mudahan aku sebagai lae kalian adalah saksi akan kesuksesan kalian nanti. Jadi sudah harus belajar menjadi dewasa. Bukan saatnya lagi maen-maen. Apalagi untuk sekedar nongkrong dengan teman-teman. Buang jauh-jauh pikiran itu. Mungkin terdengar kaku, tapi memang sudah harus seperti itu.

Tulang with fams at Tebing
Untuk Joel dan Joey, kalian harus tetap berprestasi di sekolah dan membuat bangga Nantulang yang masih bisa bersama dengan kalian. Menggantikan bapak untuk melanjutkan tradisi sebagai orang yang sukses dimanapun kalian berada. Diawali dari sekolah.
Tulang with Joel
Tulang with Joey
Sampai saat ini pukul 11.54 siang, hujan belum berhenti menyirami tempatku berpijak, sepertinya alam sedang mengapresiasikan kesedihan kami akan kepergianmu, Tulang.
Seperti kata banyak orang yang mengasihimu, ketika engkau hadir di dunia ini, engkau tidak berhenti untuk membantu kesusahan kami, dan ketika engkau pergi dari dunia ini, engkau tidak menyusahkan kami.
Banyaknya mobil yang mengiringi kepergianmu menandakan banyaknya yang terkesan akan tingkah lakumu selama ada di dunia ini.

Selamat jalan Tulang.
Mungkin sorga lebih membutuhkan orang baik sepertimu.

No comments:

Post a Comment