Wednesday, May 8, 2013

Bekerja secara Profesional vs Kekeluargaan

from : http://abihulwa.blogspot.com
 (tulisan yang seharusnya di upload jumat kemarin, tapi gara-gara ga sempat, baru hari ini, 08 mei 2013, bisa diselesaikan) Selamat jumat sore, teman-teman. Ga kerasa yah sudah ketemu hari jumat lagi. Artinya libur lagiii. Disore yang agak cerah ini (padahal saya ga tahu diluar sana cerah apa engga :D, sembari mengerjakan tugas kantor,  saya ingin sedikit berbagi cerita tentang dunia pekerjaan yang sudah hampir 2 tahun lebih saya geluti, baru sih. Tempat dimana kita menggantungkan perekonomian kita sehari-hari.

Jika ditanya kepada anda, jenis pekerjaan apa yang anda inginkan, tentunya dengan gampang anda akan menjawab : ingin menjadi PNS, ingin bekerja di BUMN, ingin jadi pengusaha kaya, dan lain sebagainya. Tidak ada yang akan memilih : “ingin menjadi kuli panggul, karena saya ga tega ada orang lain yang angkat2 goni berisi 30kg tiap 10 menit”. Semua orang pasti ingin pekerjaan yang sangat baik, dan kalau bisa “ga kerja apa-apa, tapi dapat duit”.
Semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan yang gampang tapi mempunyai peluang untuk mendapatkan penghasilan yang besar, terkadang “sangat besar” seperti orang-orang di DPR sana. Dan orang-orang mulai lupa apa yang dinamakan dengan “kenyamanan bekerja”. Ya, kenyamanan bekerja. Aspek lain diluar penghasilan, fasilitas, jaminan hari tua, dan sebagainya. Kenyamanan bekerja tidak dapat diukur oleh materi. Tingkat Kenyamanan bekerja seseorang dapat dinilai dari bagaimana seseorang menikmati pekerjaan atau menjalani tanggung jawab yang dia pegang tanpa dia banyak berkeluh kesah. 
Ada 2 tipe suasana pekerjaan yang mendukung seseorang untuk menikmati pekerjaan. 

Tipe yang pertama : Bekerja secara Profesional
Ini adalah tipe yg sangat konservatif, tipe yang mempunyai ciri2 :


  • Memakai sepatu pantopel sepanjang hari.
  • Memakai seragam yang rapi, berkerah, rok (untuk wanita),kemeja, dll
  • Mempunyai work hour tetap yaitu 8 jam, biasanya sih dari jam 8 sampai jam 5. Ga kurang dan ga lebih. Pokoknya 8 jam mesti stand by di depan computer. Biasanya, untuk menertibkan, perusahaan membuat aturan denda, untuk menertibkan karyawan. Seperti kantor lama saya mempunyai peraturan jam masuk yang ketat. Yakni jika lewat jam 8 masuknya makan akan kena denda 10rb rupiah.
  • Diberi makan siang
  • Biasanya gajian tanggal 25 :D
  • Dan lainnya
from : http://bubusayangelmo.blogspot.com/


Tipe ini merupakan tipe yang ke”kota-kotaan” sekali. Enaknya, perusahaan diwajibkan memberikan tunjangan seperti Jamsostek, asuransi kesehatan, jatah cuit 12 hari, dsb. Untuk perusahaan tertentu malah ada tunjangan lain yang berupa bensin, uang makan di luar kantor, tunjangan luar kota, dan lainnya.
Untuk beberapa kalangan, bekerja secara professional adalah tipe pekerjaan yang disukai. Mereka suka untuk berlaku secara teratur, dan bekerja dibawah perintah. Teorinya : bekerja sesuai dengan order.
Perusahaannya biasanya terletak di daerah pusat bisnis, seperti : Thamrin/Sudirman, Pemerintahan, dan sebagainya. Jenis usahanya juga seputar keuangan, akuntan, asuransi, dan semacam itu.

Tipe yang kedua adalah Bekerja secara kekeluargaan
Ini adalah tipe yg sangat konservatif, tipe yang mempunyai ciri2 :


  • Mau pakai sandal boleh, mau ngesot juga terserah.
  • Seragamnya apa aja boleh, mau pake kaus kutang juga ga masalah, asal ga telanjang aja. Tapi biasanya sih, kaus berkerah tapi rapi aja 
  • Masalah jam kerja, tipe ini sangat flexsibel, terkadang Cuma 4 jam bekerja, terkadang bisa sampai 2 hari-an ga pulang-pulang. 
  • Biasanya gaji sudah all in, jadi ga dikasih makan siang. Enaknya kita bisa milih mau makan apa, ga enaknya, ya tentu aja keluar duit lagi buat makan L 
  • Waktu gajian kurang lebih sama dengan kantoran biasa (profesional) tapi terkadang kalau order lagi sepi yah, sering juga mundur ke tanggal 1 bulan depannya. 
  •  Dan lainnya (copy paste dari atas)


Tipe ini biasanya bergerak di bidang Design (biro arsitek, kontraktor kecil-kecilan, dsb) dan usaha kecil-kecilan, istilahnya bisnis menengah ke atas lah. Untuk lokasinya biasanya sih berada di perumahan-perumahan. Maksudnya supaya tidak terhitung sebagai kantor (biasalah untuk menghindari wajib pajak).  Untuk jaminan, biasanya hanya diberi juga sudah bertahun-tahun bekerja di PT tersebut.
Jika harus memilih, anda akan memilih yang mana? Atau mungkin pertanyaanya diganti, tipe mana yang menurut anda tipe terbaik untuk menunjang kenyamanan seseorang dalam pekerjaan?
Masing-masing individu pasti punya selera dan kesukaan yang berbeda-beda. Nah jika ditanyakan ke saya, dengan latar belakang saya berasal dari dunia Arsitek, saya lebih suka jika di-mix kan antara keduanya.  Ada beberapa hal baik yang bisa kita dapatkan dengan metode kantoran (baca : profesional) yaitu masalah asuransi kesehatan, Jamsostek. 2 hal ini adalah hal penting untuk hari depan. Karena keselamatan adalah nomor satu (kalau kata K3) dan hari tua harus direncanakan dari sekarang, minimal yah dari jamsostek tadi. Itu lah hal baik yang dapat kita ambil dari metode kantoran. Yang lainnya saya kurang setuju.
Untuk metode kekeluargaan saya sangat menyukai semua caranya, terkecuali soal penghargaan terhadap karyawan yang tidak kita dapatkan dari kantor, seperti jaminan kesehatan, lahiran istri, dll.
Saya mempunyai beberapa kritik terhadap metode kerja kantoran yang tipe pekerjaannya hanya di belakang monitor saja :


  1. Memakai sepatu pantopel sepanjang hari.Buat apa sih memakai sepatu pantopel terus? Toh ga ada yang lihat, dan kaki anda berpotensi kena jamur jika anda tidak rajin mengganti kaus kaki anda. Apalagi dapat menimbulkan aroma yang tidak sedap. Yang kalau bau lebih mirip bau air got dari pada bau kaki.
  2. Memakai seragam yang rapi, berkerah, rok (untuk wanita),kemeja, dll
    Bahwasanya tidak ada gunanya kita rapi-rapi berangkat ke kantor, padahal seharian ga kemana-mana, seharusnya berpakaian santai saja, itu cukup.  Terkecuali anda adalah orang marketing yang memang jam terbangnya tinggi, harus meeting kemana-mana.
  3. Mempunyai work hour tetap yaitu 8 jam, biasanya sih dari jam 8 sampai jam 5. Ga kurang dan ga lebih. Pokoknya 8 jam mesti stand by di depan computer.Pengalaman saya ketika saya bekerja kantoran, waktu efektif saya bekerja hanya sekitar 4 jam. Bayangkan waktu 4 jam lagi yang kita habiskan hanya untuk buka internet, curi-curi waktu maen game, tidur, dsb. Bukankah lebih baik secukupnya aja, tapi jika memang dibutuhkan ya lembur 3 hari ya jangan ditolak.
  4. Biasanya, untuk menertibkan, perusahaan membuat aturan denda, untuk menertibkan karyawan.Buat apa sih membuat denda ga jelas seperti ini? Bukankah mood orang bekerja itu berbeda-beda? Saya lebih prefer membebaskan jam masuk kerja karyawan, supaya dy mendapatkan mood yang terbaik pada hari itu untuk bekerja. Kalau seharian ga mood yaudah potong gaji aja :D.
    Dan lagi jam kerja yang berbeda dengan kantor lain akan membuat stress anda selama perjalanan ke kantor akan berkurang, secara jam macet kan dari jam 6 pagi ke jam 8 dan dari jam 5 sore ke jam 8 malam. Nah dengan mundurnya jam masuk, yang berakibat kepada mundurnya jam pulang, bukankah kita justru menghindari jam macet?Masing-masing orang pasti mempunyai penilaian yang berbeda, tapi menurut saya, jika seseorang nyaman akan pekerjaannya, niscaya walau, cuma 3 jam di tempat kerja, biasanya hasil pekerjaannya bisa lebih baik dari pada orang yang ga nyaman dan diaksa berasa di ruangan selama 8 jam.
Kenyamanan bekerja menghasilkan karya yang baik.
Tapi memang kembali lagi ke orangnya, terkadang dengan kondisi kaku, dia malah lebih suka, bahkan lebih produktif, tergantung.
Itulah sedikit celoteh saya tentang suasana pekerjaan, banyak sih yang diungkapkan, tapi ga tersalurkan. Mungkin di tuisan yang lain. Semoga bermanfaat. Salam malam kamis. Selamat menunaikan ibadah kenaikan Tuhan Yesus Kristus bagi yang merayakan. Buat yang tidak merayakan, selamat berlibur semua.


No comments:

Post a Comment